Dua pejalan kaki melintasi papan sosialisasi pembayaran pajak secara online di Jakarta, Selasa (1/3). Direktorat Jenderal Pajak membuat peta zona potensial pajak untuk mencapai target penerimaan pajak sebesar Rp1.360,1 triliun pada 2016. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Penerimaan perpajakan di tahun ini dan tahun depan disebut Yustinus Prastowo, pengamat perpajakan dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), sangat tinggi. Padahal angka yang realistis untuk penerimaan itu hanya mencapai 85 persen dari target.

Dalam RAPBN 2018, nelanja negara ditargetkan mencapai Rp2.204,4 triliun, namun target pendapatannya sebanyak Rp1.878,4 triliun. Sehingga akan alami defisit yang cukup besar.

Menurunya target pajak 2018 tersebut sangat optimismis. Padahal target tersebut jika dibandingkan dengan target pajak di APBNP 2017 hanya naik sekitar 9%. Akan tetapi target penerimaan pajak dalam RAPBN 2018 akan meningkat 21% dari proyeksi penerimaan pajak 2017 yang kami lakukan.

“Berdasarkan proyeksi kami, penerimaan pajak pada tahun 2017 berkisar Rp 1.094,88 triliun – Rp 1.169,86 triliun atau 85,3%-91,14% dari target penerimaan pemerintah. Dan itu yang realistis,” ujar dia, di Jakarta, Selasa (22/8).

Proyeksi tersebut, kata dia, didasari oleh kinerja penerimaan per Juli 2017 yang meskipun menunjukkan kenaikan, namun belum memuaskan. Pada periode tersebut kinerja penerimaan pajak year on year (yoy) mencapai 12,47%. Namun, kinerja tersebut sudah termasuk penerimaan dari program Amnesti pajak (Periode III Januari-Maret 2017).

Artikel ini ditulis oleh:

Eka