Jakarta, Aktual.com – Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan wacana untuk menjual gas dari pengembangan blok Tuna ke Vietnam atas dasar pertimbangan keekonomian lebih baik dibanding kucuran gas tersebut dibawa untuk kebutuhan nasional.
Dengan posisi blok yang lebih dekat dengan Vietnam memungkinkan gas disalurkan melalui pipa, namun jika pipa tersebut ditarik untuk memasok kebutuhan dalam negeri, akan memerlukan pembangunan infrastruktur pipa yang jauh lebih panjang dan biaya investasi yang besar.
“Jadi lapangan itu terletak di pinggir, kalau bangun pipa sampai ke Indonesia itu lebih mahal keekonomian tidak akan masuk, nah kita lihat ada peluang biar lapangan itu di develop dan ada keekonomian maka dilalirkan Vietnam,” kata Arcandra di Jakarta ditulis Kamis (24/8).
Selain itu jelas Arcandra, jika alternatif dijadikan gas alam cair atau Liquef Natural Gas (LNG), mengharuskan pembangunan Floating Storege Regastification Unit (FSRU) yang juga menelan investasi besar.
“Kalau ke Indonesia panjang sekali pipanya, tidak ada infrastukturnya. LNG lebih mahal lagi ditengah laut nanti bangun FSRU lagi. Keekonomian nggak masuk kalau ke Indonesia,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, blok Tuna yang berada di Kepulauan Natuna lebih dekat dengan Vietnam dibandingkan Indonesia. Dari mulut sumur ke wilayah perairan Vietnam membutuhkan pipa sepanjang 11 kilometer (km). Namun, apabila sampai darat butuh sekitar 60 km sampai 70 km.
Sedangkan jika dialirkan ke Indonesia dengan menggunakan fasilitas yang ada akan membutuhkan pipa sepanjang 382 km.
Kemudian cadangan terbukti untuk minyak yang ada di blok tersebut mencapai 2.127 juta barel dan gas sebesar 12,36 miliar kaki kubik (bsf). Adapun, luas bloknya mencapai 2.450,29 kilometer persegi.
Laporan: Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby