SUATU kelompok yang disebut bernama Saracen diidentifikasi oleh pihak kepolisian sebagai penebar isu SARA. Saracen, apa itu?
Saya coba buka ‘Oxford Dictionaries’. Pada lema ‘saracen’ tertera dua makna: 1) An Arab or Muslim, especially at the time of the Crusades; 2) A nomad of the Syrian and Arabian desert at the time of the Roman Empire.
Perbendaharaan kata saya bertambah. Saracen adalah (1) seorang Arab atau muslim, terutama pada masa Perang Salib; (2) seorang pengembara gurun Suriah dan Arab pada masa Kekaisaran Romawi.
Pada kamus itu juga disebutkan bahwa kata ‘saracen’ berasal dari bahasa Inggris Tengah yang diserap dari ‘sarrazin’ (Prancis Kuno). ‘Sarrazin’ dipungut dari Yunani ‘sarakenos’ yang diduga berakar dari bahasa Arab ‘syarqiyyin’ (orang-orang Timur).
Sumber lain menyebutkan bahwa kata itu pertama kali dipakai pada awal masa Romawi Kuno untuk menyebutkan sebuah suku Arab di Semenanjung Sinai. Pada masa-masa berikutnya, demikian disebutkan di Wikipedia, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan kata ini untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan.
Setelah agama Islam berkembang, terutama pada masa Perang Salib, istilah ini digunakan untuk menyebut seluruh muslim, kemudian disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan Tentara Salib.
Pada abad ke-18, seorang penulis dari Cambridge University, Inggris, bernama Simon Ockley, menulis tentang sejarah Saracen (The History of Saracens). Ockley hanya bercerita tentang orang-orang yang disebut sebagai Saracen.
“Awal mula kekaisaran Saracen diwariskan kepada kita oleh masa penulis-penulis Yunani,” tulis Ockley, yang pada bagian lain dia menyebutkan perlu ada penelitia lagi mengenai asal-muasal Saracen karena masih banyak hal yang diragukannya.
Secara umum, Ockley memaknai Saracen sebagai orang-orang Arab pengikut Nabi Muhammad. Ockley juga menceritakan tentang para Khalifah, misalnya kisah tentang Khalifah Usman yang juga disebutnya sebagai Saracen.
Di Inggris, tempat asal Ockley, orang Islam mulai tinggal dan menjalankan ajaran agamanya secara terbuka pertama kali pada abad ke-16. Kehadiran umat Islam di Inggris ini, menurut Ockley, akibat dikucilakannya Ratu Elizabeth dari Katolik Eropa oleh Paus Pius V, 1570.
Pengucilan itu membuat Ratu Elizabeth bertindak di luar perintah Paus, yakni membolehkan umat Kristen berdagang dengan umat Islam, meski Paus melarangnya.
Sejak itu, banyak orang Inggris yang sebelumnya tidak tahu tentang Islam pun menjadi tahu, dengan menyebutnya sebagai kaum Saracen. Istilah ‘Islam’ maupun ‘muslim’ baru secara resmi diserap ke bahasa Inggris pada abad ke-17.
Begitulah. Ketika sekarang Saracen masuk ke Indonesia dengan dikesankan sebagai hal yang negatif, siapa yang mengusung? Untuk kepentingan apa? Mari kita cermati!
M Djoko Yuwono, Wartawan Senior dan Budayawan.