Jakarta, Aktual.com – Penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian semakin massive terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan. Masyarakat menjadi obyek yang dicekoki dengan berbagai informasi yang tidak diketahui kebenarannya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Tragisnya, masyarakat tidak sadar dampak adanya hoax yang berpotensi mengadu domba dan mengakibatkan bangsa menjadi terpecah belah. Hal ini diperburuk dengan adanya pihak-pihak yang mengeruk keuntungan dari bisnis penyebaran hoax.
Penangkapan sindikat Saracen oleh pihak kepolisian beberapa waktu lalu menjadi bukti sahih adanya bisnis tersebut. Peningkatan media sosial yang begitu signifikan dalam lima tahun terakhir diyakini menjadi penyubur
Direktur Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo, mengkritisi peran perusahaan media sosial yang cenderung lepas tangan dengan adanya penyebaran hoax di tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Menurutnya, tanggung jawab dalam penyebaran hoax bukan hanya dimiliki oleh pemilik akun medsos saja.
“Sejak kasus Buni Yani, saya tidak melihat Facebook atau Twitter itu bertanggung jawab atas informasi yang tersebar,” katanya dalam diskusi yang diadakan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).
Padahal, menurutnya perusahaan media sosial yang menjadi medium penyebaran hoax akan sangat diuntungkan jika sebuah informasi dalam media sosial tersebar secara luas. Ia pun membandingkan hal ini dengan rating sebuah acara televisi, yang menguntungkan stasiun televisi seiring dengan banyaknya orang yang menonton acara tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Eka