Pengusaha kue Hemat pakai gas Bumi PGN
PengusaPengusaha kue Surabaya Hemat pakai gas Bumi PGNha kue Hemat pakai gas Bumi PGN

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) terus memperluas jaringan gas bumi di berbagai daerah, sehingga manfaat bahan bakar gas bumi semakin banyak dinikmati masyarakat. Salah satunya seperti pengusaha kue skala Mikto Kecil dan Menengah (UMKM) di Surabaya, Jawa Timur.

Sumiatun, pemilik usaha kue Kreasi Fitri di daerah Rungkut Lor Surabaya, adalah salah satu pengusaha skala kecil yang merasakan manfaat penggunaan gas bumi PGN dalam membantu proses produksi kue yang menjadi mata pencaharian utamanya.

Ia mengaku bisa banyak berhemat untuk keperluan memasak kue serta bisa menggunakan gas untuk memasak secara kontinyu tanpa kuatir kehabisan ketika sedang proses memasak kue.

“Manfaat bahan bakar gas bumi ini memang besar buat saya, karena bisa dibilang tiap hari produksi. Baik kue basah maupun kue kering,” ujar Sumiatun, Senin (28/8).

Dalam sehari ia bisa memproduksi ratusan hingga ribuan kue basah. Kue-kue bikinannya saat ini sudah terbesar hingga ke luar kota seperti Gresik dan Sidoarjo. Beberapa juga masuk ke jaringan supermarket dan toko oleh-oleh di Surabaya.

Sumiatun mengaku, kebutuhan bahan bakar memang menjadi salah satu komponen utama dalam biaya produksinya. Hal ini dikarenakan banyaknya jenis serta kuantitas kue yang diproduksinya tiap hari.

“Contoh misalnya untuk Kue Bikang saja, dalam satu malam saya biasa memproduksi hingga 500 buah. Belum lagi kue kering seperti Ceriping dan Stick Keju yang dalam satu hari masing-masing bisa berproduksi sampai 15 kg,” paparnya.

Melihat banyaknya jenis kue yang diproduksi, tentu saja energi untuk bahan bakar yang dibutuhkan sangat besar. Sumiatun, yang dikalangan tetangganya akrab disapa Bu Pri ini mengatakan, ketika mengawali usahanya ia mengandalkan gas LPG 3 kg untuk berproduksi. Saat masih menggunakan tabung LPG 3kg, minimal dalam satu minggu ia harus 2 kali mengganti tabung. Sehingga rata-rata dalam satu bulan ia membutuhkan 8 hingga 10 tabung LPG 3 kg.

Dengan harga per tabungnya Rp 17.000 rata-rata dalam satu bulan ia menghabiskan Rp 136.000 – Rp 170.000. Namun sejak beralih menggunakan gas bumi dari PGN, biaya yang ia keluarkan untuk energi terpangkas hampir separuhnya, hanya sekitar Rp 70.000 hingga Rp 90.000 saja per bulan.

Hal ini dirasakan Sumiatun sangat meringankan. Apalagi ketika bahan-bahan kue seperti tepung atau telur sedang melonjak, setidaknya ia masih bisa berhemat dari biaya penggunaan energi.

“Kalau di jual mahal-mahal kan kasihan. Untuk kue-kue basah yang ambil kesini umumnya mereka kan kulak untuk kemudian di jual lagi ke warung-warung,” ujarnya.

Ibu tiga anak ini menuturkan, selain karena lebih hemat, menggunakan gas PGN ini juga dirasakan lebih aman. “Kalau pakai LPG sebenarnya saya masih takut kalau dengar berita ada yang meledak-meledak itu,” ujarnya.

Belum lagi ada resiko gas habis ketika digunakan. “Misalnya pernah ketika kami terima pesanan membuat kue Risol Mayo, lalu tiba-tiba gas LPG-nya habis. Akhirnya kue yang sedang digoreng jadi rusak karena apinya terhenti . Sementara kalau pakai gas PGN kan lancar terus tidak sampai (kompornya) mati kehabisan (gas),” tutur perempuan 52 tahun ini.

Jaringan gas PGN sendiri masuk ke area tempat tinggal Sumiatun di Rungkut Lor yang terkenal dengan sebutan sebagai ‘Kampung Kue’ sejak 2014 berkat dukungan Pemerintah Kota Surabaya dan Kementerian ESDM.

Diinisiasi sejak 2005, Kampung Kue awalnya hanya beranggotakan tiga orang ibu rumah tangga di wilayah Rungkut Lor gang 2 Surabaya. Saat itu, kondisi di kampung tersebut cukup memprihatinkan karena dampak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998-1999 masih terasa.

Banyak warganya yang mendadak jadi pengangguran. Hingga akhirnya kampung tersebut hanya ramai di pagi hari. Pada siang harinya warganya jarang bisa dijumpai di rumah karena menghindari rentenir yang menagih utang.

Setelah melihat potensi di wilayahnya, pelopor Kampung Kue yaitu Choirul Mahpaduah bersama dua ibu rumah tangga lainnya termasuk Sumiatun sepakat mengembangkan usaha kue di kampungnya dengan mengumpulkan uang masing-masing Rp 50.000 sehingga terkumpul Rp 150.000. Dari yang awalnya usaha simpan pinjam hanya bisa melayani Rp 100.000 sekarang sudah berkembang menjadi koperasi dengan modal mencapai Rp 25 juta dan beranggotakan 65 orang.

Setiap harinya sudah ada lebih dari 50 orang yang rutin ‘kulakan’ kue di kampung kue untuk kemudian dipasarkan di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Bahkan produk dari kapung ini sudah masuk ke jaringam ritel modern dan toko oleh-oleh. Selain itu hampir setiap rumah tangga sudah membangun perusahaan-perusahaan kecil dan mendirikan usaha dagang.

Pelatihan-pelatihan dan pengembangan pasar tetap dilakukan agar Kampung Kue semakin eksis dan dikenal sebagai jujugan belanja jajanan pasar dan oleh-oleh khas Surabaya. Tujuannya bisa menjadi Kampung wisata kuliner.

Sebelumnya, PGN juga mendapatkan penugasan untuk membangun dan mengoperasikan jargas di 8 wilayah berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 2461 K/12/MEM/2017, yakni wilayah Jabodetabek, Kabupaten Bogor, Kota Cirebon, Kota Surabaya, Kota Tarakan, Kabupaten Blora, Kota Semarang dan Kabupaten Sorong.

“PGN akan terus mendukung program konversi energi dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas. Saat ini PGN telah membangun dan mengelola lebih dari 7.270 km pipa gas bumi atau setara 80% infrastruktur pipa gas bumi Indonesia,” ungkap Rachmat.

Saat ini untuk wilayah Jawa Timur, PGN telah melayani 27.170 pelanggan rumah tangga, 209 pelanggan komersial, dan 475 pelanggan industri.

Secara nasional PGN telah memasok lebih dari 1.658 industri besar dan pembangkit listrik, lebih dari 1.930 pelanggan komersial dan 204.000 pelanggan rumah tangga yang tersebar di 19 kabupaten/kota di 12 provinsi di seluruh Indonesia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka