Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center off Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman merasa heran melihat proses impor LNG dari Singapura lansung ditangani oleh Menteri Koordinator (Memko).
Kemudian kebijakan ini juga dirasa janggal lantaran kondisi persediaan gas dalam negeri berlebih, selain memang sumber gas yang akan diimpor disinyalir berasal dari produksi lapangan di Indonesia, karena diketahui Singapura tidak memiliki ladang gas sama sekali.
“Level Menko harus turun tangan dan menerima delegasi selevel perusahaan trader, seharusnya cukup sekelas anak perusahaan Pertamina seperti Patra Niaga menerima delegasi Keppel Offshore ini, kecuali yang datang itu delegasi perusahaan migas produsen besar, itupun cukup level Menteri ESDM dan Dirut Pertamina saja yang menerimanya,” kata Yusri di Jakarta, Rabu (30/8).
Yusri mengingatkan bahwa wacana impor gas dari Trader bertolak belakang dengan arah pemerintah Jokowi – Jusuf Kalla yang sejak semula mengatakan akan berhubungan langsung dengan negara produsen.
Sebelum Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan bertemu dengan perusahaan Keppel Offshore & Marine yang menawarkan penjualan LNG untuk keperluan pembangkit PLN.
Menurut Luhut, kebijakan ini diambil atas pertimbangan harga gas impor yang didapat melalui perusahaan Keppel Offshore & Marine relatif lebih murah sekita USD 3,8 per MMBTU.
“Kita impor boleh saja kalau murah untuk industri kita. Nah mereka menawarkan harganya lebih murah,” kata Luhut di Jakarta, Senin (21/8).
Laporan Dadangsah
Artikel ini ditulis oleh: