Jakarta, Aktual.com – Pejabat senior pemerintah mengungkapkan bahwa sejak awal bulan tahun ini, Presiden Joko Widodo dihantui ketegangan pertikaian politik bernuansa keagamaan yang paling buruk terjadi dalam dua dekade terakhir. Sekarang dia sedikit legah dan mulai melewati badai yang kencang itu.
Kasus penistaan agama telah memberi kesempatan baginya untuk melihat loyalitas partai koalisi untuk mendukung pemerintah yang ia pimpin. Setidaknya permasalahan yang sangat tegang itu telah memberi pelajaran baginya untuk bermanuver dalam politik. Namun perjalanan Joko Widodo belum berada pada posisi aman untuk memenuhi ambisinya menjadi presiden kedua kalinya pada Pilpres 2019.
Tantangan ekonomi nasional dengan menurunnya daya beli dan target penerimaan negara yang tidak tercapai akan semakin menyempit ruang fiskal dalam APBN, belum lagi hutang negara yang kian membesar serta banyaknya proyek yang tidak berjalan sesui perencanaan semakin menjadi beban bagi keuangan negara.
Pejabat senior di pemerintahan Jokowi khawatir jika pertikaian politik tidak kunjung reda, hal ini bisa mengganggu konsentrasi Jokowi untuk memperbaiki kondisi ekonomi nasional.
“Kami menderita dari akibat perpolitikan yang memburuk, jika kami tidak memperbaikinya maka pertumbuhan PDB akan terus turun,” kata seorang pejabat senior pemerintah, yang meminta untuk tidak disebut nama, dilansir dari reuters, Senin (4/9).
Menurut sebuah survei bulan Juni, hampir 60 persen orang yang disurvei merasa puas dengan kinerja Jokowi. Namun survey tersebut juga menunjukkan ekspektasi tinggi akan janji Jokowi yang akan membenah keterpurukan ekonomi.
“Jika Jokowi tidak berhasil memperkuat ekonomi, maka akan menjadi amunisi kepada oposisi untuk menantang Jokowi pada tahun 2019,” kata Djayadi Hanan dari Pusat Penelitian Saiful Mujani.
(Reporter: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka