Jakarta, Aktual.com – Pihak Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar telah menerima empat orang perwakilan massa aksi yang memprotes pembantaian etnis Rohingya dalam beberapa waktu belakangan.
Empat orang tersebut adalah Ketua Presidium Alumni 212, Slamet Maarif, Anggota Tim advokasi Alumni 212 Kapitra Ampera dan dua orang penerjemah. Mereka akan menyampaikan aspirasinya terkait pembantaian yang dilakukan militer Myanmar kepada etnis Rohingya.
Sebelum memasuki Kedubes, Kapitra menyatakan, tindakan militer Myanmar merupakan kejahatan kemanusiaan paling biadab sepanjang sejarah kehidupan.
“Ini suatu kekecewaan kemanusiaan dalam humanity. Ini pemerintah (Myanmar) berhati serigala,” kecam Kapitra di depan Kedubes Myanmar, Jakarta Pusat, Rabu (6/9).
Selain itu, ia juga mendesak Dubes Myanmar untuk segera keluar dari Indonesia, lantaran operasi militernya sudah melewati batas wajar.
“Karena berdasarkan putusan Konferensi Wina kalau ada pemerintah suatu negara yang keluar batas extra ordinary crame humanity yang bertindak secara genosida itu perlu diputuskan hubungan diplomatik, perlu diembargo dan Mahkamah Internasional harus melakukan itu,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga mendesak pemerintah Indonesia agar melakukan tindakan nyata untuk menghentikan pembantaian yang terjadi di Myanmar.
“Pemerintah harus turun tangan dan segera mengirimkan pasukan garuda ke wilayah itu,” ujar Kapitra menyudahi.
Kapitra dan tiga orang lain perwakilan massa aksi lainnya menemui perwakilan Kedubes Myanmar dengan pengawalanan dari aparat kepolisian. Tampak, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Suyudi Ario Seto turut masuk dalam pertemuan itu.
(Reporter: Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan
Eka