Jakarta, Aktual.com – Belanja pemerintah di dua kuartal tahun ini rendah, ternyata hingga akhir Agustus 2017 juga belum signifikan. Dari total belanja Rp2.133,2 triliun di APBN Perubahan 2017, ternyata pemerintah baru mengucurkan buat belanja 50,9 persen.
Padahal jika belanja pemerintah tinggi bisa mengenjot perekonomian nasional. Karena selama ini pertumbuhan ekonomi 5 persen lebih banyak disokong oleh konsumsi rumah tangga. Kontribusi belanja pemerintah sangat minim.
“Jadi belanja pemerintah di Agustus itu hanya Rp695,664 triliun atau 50,9 persen, dari total pagu belanja negara pada APBN Perubahan 2017 yang Rp2.133,2 triliun. Ini ada sedikit kenaikan dibanding Agustus 2016,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (7/9).
Pada periode yang sama di 2016, belanja pemerintah hanya terserap sebesar 49,3 persen atau sebesar Rp644,712 triliun. Tapi saat ini setelah hampir setahun Sri Mulyani menjabat Menkeu, tetapi serapan anggarannya juga masih jalan di tempat.
Dia menegaskan, untuk transfer daerah hingga akhir Agustus telah dibelanjakan sebesar Rp502,605 triliun atau telah terserap 65,6 persen. Sementara jika dibandingkan dengan taransfer ke dearah di tahun lalu secara year on year (yoy) itu mencapai Rp490,295 triliun atau terserap 63,2 persen.
Itu semua, kata Menkeu, belanja sebagai bentuk kehati-hatian dalam rangka menjaga APBN agar lebih kredibel. “Jadi performance APBN kami coba perbaiki terus. Tapi kan dilakukan secara bertahap, sehingga akan meningkatkan kredibilitas APBN,” dia menegaskan.
Menkeu juga mengutarakan soal defisit anggaran dalam APBNP 2017. Sampai akhir Agustus, posisi defisit APBNP 2017 sebesar 1,64 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). APBNP 2017 sendiri menargetkan defisit itu sangat tinggi yakni 2,92 persen tertinggi dalam sejarah APBN.
“Dibandingkan tahun lalu di periode Agustus, defisitnya mencapai 2,09 persen. Jadi sekarang lebih kecil,” kilah Sri Mulyani.
Nominal defisit pada akhir Agustus 2017 ini tercatat Rp224,35 triliun. Jumlah ini lebih kecil dibanding defisit periode yang sama tahun lalu sebesar Rp261,47 triliun.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan