Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Brigjend. Pol. Aris Budiman memberikan keterangan di depan Pansus Hak Angket KPK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/8). Aris Budiman memenuhi panggilan Pansus KPK di DPR untuk menjelaskan tuduhan melalui medsos maupun media massa yang mengatakan bahwa yang bersangkutan menerima suap. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi, Brigjen Pol Aris Budiman menilai isu soal pertemuan dan pemberian uang Rp2 miliar dari Komisi III DPR RI merupakan bentuk ‘serangan’ untuknya secara personal.

Serangan itu menurutnya didesain oleh Novel Baswedan Cs. Sebabnya, kata dia, mungkin lantaran kebijakan-kebijakan yang dia tetapkan tidak sejalan dengan pemikiran mereka.

“Karena saya kan tidak mengikuti gaya mereka (Novel Baswedan Cs), barang kali, atau saya, nggak tau lah seperti apa. Artinya, ada barang kali memang yang tidak nyaman dengan gaya (saya), saya tidak tahu,” papar Aris saat ditemui di Polda Metro Jaya, Kamis (7/9) malam.

Informasi yang Aris terima, internal KPK memang sudah tidak sehat sebelum ia menjabat sebagai direktur. Kondisi itu ia ketahui melalui para penyidik Polri yang sempat dipekerjakan di KPK.

Meski begitu, ia tidak mau menjelaskan maksud tidak sehat itu. Mantan Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya ini meminta awak media untuk menanyakan langsung ke koleganya yang sempat menjadi penyidik KPK.

“Kalau anda mau, bisa wawancarai salah satu di Tipikor (Mabes Polri) itu, pak Nugroho namanya. Waktu saya belum masuk apa yang terjadi, saya kan nggak tahu. Tapi dia banyak tahu, yang di dalam seperti apa,” tutur dia.

“Di tipikor, rekan-rekan bisa menemukan orang mantan KPK yang teman, yang dibilang King 28 dulu. Lalu dia lihat seperti apa, ini agenda personal, dia tarik diri, lari ke Polri, karena dia jiwanya, dia bilang, ‘saya betul-betul datang, untuk mengabdi, tapi saya lihat seperti ini, wah ini gak benar, dia tarik diri dan kembali ke Mabes Polri’,” imbuhnya.

Namun, yang ia ketahui, rekan-rekan saat menjadi penyidik KPK memang tidak betah. Sebabnya, terlalu banyak intrik yang mereka rasakan di internal lembaga antirasuah.

“Semua lingkaran dia, yang dulunya keras, salah satunya Himawan, Bakti, kembali semua ke Polri. Karena apa, mereka ini tulus, ingin bekerja betul-betul untuk negara, bukan mau agenda karir personal, begitu,” pungkasnya.

M. Zhacky Kusumo

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan