Massa Front Pembela Islam (FPI) dan Front Pancasila berunjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/4). Mereka menolak rekonsiliasi, rehabilitasi dan kompensasi terhadap PKI serta menyerukan bahaya laten komunis. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/ama/16

Jakarta, Aktual.com — Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini baru saja bertambah umurnya menjadi 72 tahun. Namun apalah daya diusianya yang sudah tua Indonesia dipukul berbagai macam permasalahan diantaranya adalah Kudeta oleh kelompok Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa 1965.

Demikian Ketua Pelaksana Kelompok Pemuda dan Mahasiswa Penjaga NKRI (PMP NKRI) Bintang Wahyu Saputra yang mewakili PW GPII Jakarta Raya, HMI Badko Jabodetabeka Banten, PERISAI DKI Jakarta, Kopma GPII Jakarta Raya, Brigade GPII Jakarta Raya, PW Hima Persis Jakarta, Hikmahbudhi Jakarta Raya, PW Pemuda Muslimin DKI Jakarta.

Seminar pembenaran yang dilakukan di gedung LBH misalnya, kata dia, itu merupakan tindakan upaya pembakitan kelompok PKI dengan memutar balikan fakta, yang terjadi dan sudah menjadi luka masa lalu yang tidak mungkin bisa kita lupakan.

“Marilah kita menoleh ke belakang barang sejenak saja. Tepatnya pada tahun 1922, Snevliet tokoh Belanda yang menyebarkan ajaran Komunis ekstrim untuk membelah bangsa ini pada jaman kolonal, sehingga putra terbaik bangsa kita Otto Iskandar Dinata menjadi korban,” kata dia di Jakarta, Sabtu (16/9).

Kemudian, kata dia, geliat tajam terjadi, yaitu penusukan dari belakang oleh PKI pada tahun 1948. Saat bangsa ini mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda, sudah barang tentu mereka akan mengusir penjajah dari bumi tercinta, tetapi PKI justru bertindak licik. PKI yang dipimpin oleh Muso telah bersikap biadab merenggut Gubernur Jawa Timur pertama yang gugur di Ngawi.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Wisnu