Karangasem, Aktual.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei meninjau langsung Pos Pantau Gunung Agung, yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali. Ia menegaskan jika institusinya akan terus memberikan pendampingan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam mengambil langkah-langkah antisipasi menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Agung.
“Potensi nasional akan dikoordinir oleh BNPB untuk membantu pemerintah daerah. Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB terus mendampingi BPBD dalam menyusun rencana kontinjensi menghadapi erupsi Gunung Agung. Jika suatu saat benar-benar meletus maka rencana kontinjensi tersebut dijadikan rencana operasi,” kata Willem, Rabu (20/9).
Ia menuturkan, tujuannya meninjau langsung untuk melihat dari dekat situasi di lapangan terkait apakah early warning system bekerja sesuai SOP. Selain itu, ia juga ingin mengetahui detail langkah yang akan diambil jika terjadi letusan Gunung Agung, utamanya berkaitan dengan jalur dan lokasi evakuasi warga. “Kemudian memperkuat komunikasi antar-instansi, sehingga masyarakat dapat informasi dengan cepat. Letak Pos Pengamatan Gunung Agung sekitar 15 kilometer dari kawah sehingga aman, karena berada di luar kawasan rawan bencana. Namun demikian jika sewaktu-waktu ada ancaman harus disiapkan skenario ke mana,” tuturnya.
Berkaca dari pengalaman erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2010, pos pengamatan Gunung Merapi terpaksa harus dikosongkan karena berbahaya. Namun pos pemantauan lantas dipindahkan, sehingga pengamatan tetap berjalan.
Pada kesempatan itu, Willem juga mendapat penjeasan mengenai aktivitas terakhir Gunung Agung. Berdasarkan laporan Pos Pantau Gunung Agung, pada Selasa (19/9) tercatat terjadi 427 gempa. Sementara hari ini mulai pukul 00.00 WITA hingga 06.00 WITA terjadi 94 gempa. Walaupun kegempaan tidak setajam dua hari lalu, sempat terjadi sebanyak 480 detik tremor. Dengan gempa dangkal 2 kilometer dan kedalaman magma 5 kilometer masyarakat harus tetap waspada.
Sejarah Letusan Gunung Agung Tahun 1963
Erupsi Gunung Agung pada tahun 1963 terjadi dalam lima fase yaitu, fase gejala (gempa terasa) tempat di bawah Gunung Agung, fase pembuka, letusan pembuka kemudian membentuk lava lake (danau lava), erupsi pertama 14 kilometer ke utara, erupsi kedua 10 kilometer ke arah selatan dan letusan susulan yang cenderung lama.
“Hingga saat ini pemerintah dan pemda terus melakukan upaya mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung meletus. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana III atau daerah yang paling berbahaya, tidak ada permukiman. Namun demikian BPBD masih melakukan pendataan di lapangan. Masyarakat diimbau tetap tenang,” demikian Willem.
Laporan Bobby Andalan, Bali
Artikel ini ditulis oleh: