Jakarta, Aktual.com – Kendati telah banyak masukan agar pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, hendaknya memperhatikan kemampuan keuangan negara agar tidak terjerumus kedalam krisis ekonomi, tetapi Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikukuh untuk tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur secara jor-joran kendati pendanaannya berasal dari hutang.
Jokowi pun mengungkapkan alasannya melanjutkan pembangunan infrastruktur karena hal itu sebagai kunci untuk pemenangan persaingan global.
“Jangan bermimpi kita bisa bersaing dengan negara-negara lain, bisa berkompetisi dengan negara-negara lain dan memenangkannya kalau infrastruktur kita tertinggal,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dilansir dari situs Sekretariat Negara, di Jakarta, Kamis (19/10)
Jokowi menuturkan biaya transportasi di Indonesia dibandingkan negara tetangga, Singapura, Malaysia, masih 2-2,5 kali lipat mahalnya. Menurut dia hal ini terjadi karena infrastruktur di Indonesia masih belum baik.
Sebagai langkah percepatan itu, Jokowi mengemukakan, bahwa pemerintah telah membangun, misalnya di Kalimantan ada 24 proyek, Sulawesi 27 proyek, Maluku-Papua 13 proyek, Sumatra 61 proyek, dan di tempat-tempat lainnya.
“Kita harus kerja keras, kita harus kejar, kita harus percepat pembangunan ini,” tegas Presiden Jokowi.
Menurut Presiden Jokowi, semua infrastruktur yang diperlukan rakyat tidak akan terbangun dengan sendirinya. Dibalik itu, ada kontribusi yang besar dari SDM-SDM, dari sumber daya manusia yang andal, yang terampil, dan yang terlatih.
Ini artinya, lanjut Presiden, pembangunan infrastruktur itu bukan hanya membutuhkan tenaga konstruksi dalam jumlah yang besar. tapi kita juga perlu menyiapkan tenaga kerja konstruksi yang terlatih, yang terampil, yang bersertifikat.
Sesuai laporan Menteri PUPR, menurut Presiden Jokowi, ada 7 (tujuh) juta tenaga konstruksi di seluruh Indonesia, baik yang bekerja di pemerintah, di BUMN, dan di swasta. Dari 7 juta yang ada, yang bersertifikat baru 9%, baru kira-kira 600.000. “Artinya, masih sedikit sekali yang pegang sertifikat,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden menilai, sangat beruntung sekali yang sudah pegang sertifikat tenaga kerja konstruksi Indonesia. Ini akan meningkatkan kualitas-kualitas SDM.
“Kita menjadi tahu bagaimana manajemen proyek di sebuah lokasi, bagaimana mengatur mengelola keselamatan, bagaimana mengatur mengelola kebersihan dari lokasi-lokasi proyek yang ada, bagaimana memasang bahan-bahan sehingga betul-betul tepat dan presisi sesuai yang dibutuhkan oleh proyek,” jelas Presiden Jokowi.
Percepatan sertifikasi tenaga konstruksi ini diikuti peserta berjumlah 9.700 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan rincian, tenaga terampil 9.045 (tukang, mandor, surveyor, instruktur, dll) dan 655 tenaga ahli (ahli di bidang K3, manajemen proyek, dan manajemen konstruksi).
Pewarta :Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs