Karangasem, Aktual.com – Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menjelaskan, dari hasil pengamatan melalui seismik, didapati data jika telah terjadi fraktuasi atau perekahan-perekahan di bawah Gunung Agung. Itu artinya, sumbat lava yang selama ini menghalangi jalannya magma perlahan-lahan berhasil dihancurkan.
“Telah terjadi frakturasi atau perekahan-perekahan di bawah gunung itu yang sangat intensif. Yang artinya dia (magma) semakin ke atas,” papar Kasbani, Minggu (22/10).
Ia melanjutkan, dalam seismik tak melulu merekam jumlah gempa belaka, nmun PVMBG mengolah banyak hal dari alat tersebut.
“Salah satunya kita ingin mengetahui adanya frakturasi. Frakturasi berdasarkan data seismik untuk mengetahui frakturasi di bawah gunung itu. Dari hasil analisis kami, frakturasinya sudah berkembang begitu banyak di bawah gunung itu,” ujarnya.
Fraktuasi, Kasbani melanjutkan, merupakan jalur perkembangan fluida magma untuk dapat keluar ke permukan. “Jadi, jalur-jalur perkembangan fluida itu sudah terbentuk cukup banyak,” urainya.
Menurut Kasbani Gunung Agung telah lama tidak meletus. Kali terakhir meletus pada tahun 1963. Sejak saat itu, terjadi penyumbatan lava yang cukup kuat. Itu sebabnya hingga kini, tepat satu bulan berstatus awas, gunung setinggi 3.142 mdpl itu belum juga meletus. ”
“Memang dia belum meletus. Sejarahnya, Gunung Agung cukup lama tidak meletus. Di dalam gunung tersumbat. Untuk mengeluarkan sumbat butuh energi besar. Nah itu mengapa di awal-awal gempanya besar dan banyak dan membentuk rekahan-rekahan. Itu semua diterjemahkan ke dalam data-data gempa vulkanik dan deformasi,” jelasnya.
Laporan: Bobby Andalan
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby