Jakarta, Aktual.com – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan pengaduan konsumen listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menempati posisi keenam dari seluruh pengaduan konsumen yang diterima.
“Itu menandakan potret pelayanan PT PLN masih buram di mata konsumen. Karena itu, YLKI meminta PT PLN secara konsisten meningkatkan pelayanan kepada konsumen,” kata Tulus melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat (27/10).
Tulus mengatakan hal yang terutama dikeluhkan konsumen adalah gangguan pemadaman atau pemadaman listrik bergilir, voltase yang naik turun, penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) yang seringkali menyalahkan konsumen dan biaya siluman sambung baru yang dilakukan oknum PT PLN atau mitra.
Padahal, menurut Tulus, manajemen PT PLN menyatakan sudah tidak ada lagi “zona merah” yang artinya tidak ada wilayah yang mengalami kekurangan pasokan atau krisis tenaga listrik di seluruh Indonesia.
“Bisa jadi itu klaim faktual. Namun, fakta lain membuktikan bahwa keandalan jaringan listrik PT PLN masih buruk,” ujarnya.
Begitu pula masalah voltase yang seringkali naik turun. Tulus mengatakan di wilayah Jakarta saja tegangan masih sering di bawah 200 volt. Padahal, seharusnya tegangan yang standar adalah 220 volt.
“Kalau di Jakarta saja masih di bawah 200 Volt, bagaimana diluar pulau Jawa?” tanyanya.
YLKI menduga kondisi tersebut karena sumber dana PT PLN banyak tersedot untuk pembiayaan program pembangkit listrik 35.000 MW. Tulus mengatakan program tersebut oleh banyak kalangan dianggap terlalu dipaksakan.
“Catatan-catatan itu harus menjadi perhatian PT PLN. Apalagi, hari ini adalah Peringatan Hari Listrik Nasional ke-72. Sudah 72 tahun, seharusnya pelayanan listrik kepada konsumen jauh lebih baik,” tuturnya. (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka