Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta menilai penting bagi Indonesia untuk melaksanakan pembangunan kilang BBM baru untuk menjaga stabilitas energi dan ekonomi nasional.
Menurut Arif kebijakan impor BBM sangat rentan bagi stabilitas ekonomi dan membuat inefisiensi.
“Pembangunan kilang itu kita melihat dalam rangka efisiensi penyediaan energi dalam negeri. Kemudian penyesuaian untuk kebutuhan BBM dalam negeri. Jadi kebutuhan minyak dalam negeri harusnya bisa diolah di dalam negeri secara keseluruhan,” kata dia kepada Aktual.com,di Jakarta, ditulis Senin (30/10).
Diketahui produksi BBM dari kilang nasional pada kisaran 800.000 barel oil per day (BOPD), sedangkan laju konsumsi BBM terus meningkat dan saat ini sekitar 1,6 juta BOPD. Sehingga Indonesia melakukan kebijakan impor BBM untuk mencukupi kebutuhan konsumen.
Tetapi berdasarkan keterangan mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro menjelaskan setidaknya ada empat hal yang menjadi hambatan untuk pembangunan kilang baru.
“Dari jaman dulu kita pengen ngembangi kilang. Jadi nggak betul dijaman dulu dikatakan kita tidak ingin membangun kilang. Kita ingin kembangun kilang, tapi kita terbentur empat hal,” kata dia.
Pertama menyangkut soal kepastian suplai crude. “Negara-negata anggota OPEC itu janji-janji saja tapi ternyata tak berwujud. Makanya kalau kita mengatakan join dengan OPEC untuk memdapatkam fasilitas Crude, mereka akan berkata; saya akan berikan fasilitas minyak dan gas tapi B to B. Nggak ada faktor teman. Itu clear, mereka itu bisnis, kalu nggak mau dijual di sini, mereka jual tempat lain,” tutur Purnomo.
Permasalahan selanjutnya adalah aspek keuangan dan saling lempar tanggungjawab.
“Kilang itu besar sekali financing-nya. Sementara kalangan bilang; kilang itu infrastruktur. Dan kalau infrastruktur, yang duitin pemerintah. Sementra ada yang bilang; nggak donk, itu bukan infrastruktur, kamula yang duitin. Pertamina bilang nggak, itu infrastruktur,” tutur dia.
Saat ini secara jelas bahwa pemerintah telah menugaskan pembangunan kilang kepada Pertamina. Namun Pertamina tak memiliki finansial yang memadai dan memcari partner untuk mewujudkan pembangunan beberapa kilang yang ditugaskan.
Kemudian yang ketiga, tentu saja investor mencari posisi aman dan tidak mau berinvestasi begitu saja tanpa ada pihak menjadi penjamin dalam menjalankan roda bisnis. Dan ini dirasa menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan kilang.
“Kalau dia masuk ke Indonesia, dia minta partnernya Pertamina karena dia mau secure domestik market,” paparnya.
Lalu kendala yang ke empat, sering kali investor meminta Pertamina bertindak sebagai offtaker.
“Jadi kalau offtaker, apapun produk kilang, dibeli oleh Pertamina,” pungkas dia.
Pewarta : Dadangsah Dapunta
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs