Jakarta, Aktual.com – Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, Sudirman said mengatakan setidaknya terdapat empat hambatan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pertama paparnya; pemerintah berpikir secara pragmatis dan tidak memandang pengembangan Energi secara berkelanjutan. Sehingga penggunaan energi hanya dari aspek kebutuhan jangka pendek.
“Mengapa EBT tidak terbangun? Musuhnya ada empat. Pertama pragmatisme, melihat yang gampang-gampang saja,” kata dia pada Diskusi Pra Mukernas ke 10 Kahmi di Jakarta, Kamis (9/11).
Adapun hambatan yang kedua, lanjut Sudirman, yakni politik populis dengan memberikannya subsidi pada fosil yang seharusnya dana tersebut dibutuhkan untuk pengembangan EBT.
“Bertahun-tahun lamanya kita habiskan uang, bukannya untuk bangun EBT tapi mensubsidi fosil. Yang diuntungkan importir. Importir dijaga hajat hidupnya,” ujar dia.
Lalu aspek hambatan selanjutnya adalah pemburu rente. Sudiirman menuding bahwa para pihak yang menikmati bisnis energi dari fosil, utamanya impor BBM menjadi sandungan pengembangan EBT.
“Kita tahu kapasitas kilang Singapura lima kali lipat dari kebutuhan kita. Lalu untuk apa kita Impor dari Singapura,” ujar dia.
Hambatan ke empat, lanjutnya, berupa inkonsistensi kebijakan. Kebijakan yang tidak pro pada pengembangan EBT membuat para investor tidak mempunyai kesanggupan untuk berbisnis mengembangkan EBT.
(Reporter: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka