Warga melakukan pengisian ulang token listrik di Rusun Benhil, Jakarta, Rabu (5/7/2017). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi nasional pada Juni 2017 sebesar 0,69 persen disebabkan oleh kenaikan tarif listrik, tarif angkutan udara dan angkutan antarkota. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Pemangkasan golongan listrik kelas bawah diprediksi gara-gara pasokan listrik dari PT PLN (Persero) yang berlebih mencapai 40 persen. Apalagi PLN sendiri sedang menghadapi harga minyak dan batubara yang mulai naik. Akan tetapi yang disayangkan, kondisi itu malah dibebani ke masyarakat.

“Jadi kinerja PLN yang tak efisien, malah kita yg menanggung kerugiannya dengan dipaksa konsumsi lebih banyak lagi,” ujar ekonom muda Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Senin (27/11).

Makanya, disebut dia, ini menjadi kenaikan  terselubung dan menyesatkan. “Jadi ini kebijakan yang menyesatkan. kenaikan tarif yang terselubung. Ngeri juga dari 1.300 naik menjadi 5.300. Itu akan membuat konsumsi listrik naik secara signifikan. Para rumah tangga yang terdampak kebijakan ini,” tandas dia.

Lebih parah lagi, kondisi ini juga karena adanya kinerja keuangan PLN yang kedodoran. “Labanya terus anjlok. Dan ini karena harga minyak yang terus naik karena ditekan oleh proyek 35 ribu MW-nya Jokowi,” jelas dia.

Masalah kenaikan harga minyak dunia memjado bencana karena asumsinya jauh lebih rendah dari saat ini. Di asumsi makro pemerintah hanya mematok 48 barel, sekarang sekarang sudah 60 barel per USD. Blm juga penugasan 35 ribu MW yang dulu ditargetkan karena dasarnya ity ditopang pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka