Dalam jumpa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut potensi letusan Gunung Agung yang lebih besar segera terjadi. Potensi ini teramati dari peningkatan status Gunung Agung dari Siaga menjadi Awas."Erupsi disertai erupsi eksplosif dengan suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 km dari puncak. AKTUAL/Munzir

Karangasem, Aktual.com – Deformasi atau penggelembungan Gunung Agung mengalami pergerakan berupa mengembang dan mengempis, karena lava sudah di permukaan kawah.

Demikian kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Devy Kamil Syahbana.

“Karena lava sudah ada di permukaan dan kami amati saat ini adalah fluktuasi inflasi dan deflasi Gunung Agung, jadi sebelum erupsi terlihat inflasi (mengembang) dan saat erupsi terjadi dia kembali deflasi (mengerut),” ujarnya saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung di Karangasem, Jumat (1/12).

Ia menjelaskan tentang saat terjadinya pengumpulan tenaga untuk “pressure build up” karena adanya lava di permukaan kawan.

Gunung Agung kemudian mengalami inflasi ditandai keluarnya rilis gas dan asap. Setelah keluarnya rilis gas itu, perut Gunung Agung menjadi deflasi.

Pihaknya mengingatkan kembali bahwa Gunung Agung sebelumnya sempat mengalami inflasi sebesar enam centimeter saat periode September hingga Oktober 2017.

Hal itu, artinya setelah proses penggelembungan tersebut belum kembali ke posisi awalnya dan apabila magma tetap ada di atas, maka belum terjadi penurunan deformasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid