Jakarta, Aktual.com – Kerugian yang timbul akibat kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jabodetabek selama 2017 menembus angka sekira Rp100 triliun.
Menurut Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono sesuai hasil dari perhitungan Bappenas, disebutkan kerugian akibat kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta saja mencapai Rp67,5 triliun.
“Sementara kerugian yang dialami di wilayah Jabodetabek mencapai Rp100 triliun per tahun,” ungkap Bambang di Jakarta, Minggu (3/12).
Oleh sebab itu, Bambang menjelaskan pihaknya berkerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya telah mempersiapkan berbagai terobosan yang harus dilaksanakan secepatnya untuk mengurangi kerugian tersebut.
Sejumlah terobosan kata dia telah disiapkan oleh BPTJ dan terus dikomunikasikan dengan pemerintah daerah di Jabodetabek.
Kini, lanjut dia Jabodetabek memiliki sejumlah permasalahan seperti tingkat kemacetan yang tinggi di mana rasio volume kendaraan dibandingkan dengan kapasitas jalan sudah mendekati 1.
Kondisi itu kata dia membuat jalan lebih mudah macet ketika terdapat sedikit gangguan seperti penurunan kecepatan pengguna jalan.
Kemudian, sepeda motor di jalanan semakin dominan sementara peran angkutan umum masih rendah. Menurut Bambanh, penggunaan angkutan umum di Jakarta baru 19,8% dan di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) baru 20%.
Bambang mencontohkan salah satu terobosan kebijakan yang akan diterapkan adalah pengaturan penggunaan sepeda motor.
Pihaknya lanjut dia bakal mengatur penggunaan sepeda motor sebagai feeder atau pengumpan dari wilayah pemukiman ke stasiun-stasiun kereta api.
Sebagai upaya untuk menunjang kebijakan tersebut, pihaknya juga menyiapkan seperti lajur khusus angkutan umum di wilayah Jabodetabek, park and ride yang memadai, dan menyiapkan berbagai alternatif angkutan umum seperti Shuttle, JRConnexion, dan JAConnexion.
Selain itu, contoh lainnya adalah pengaturan 17 stasiun yang berada di Jakarta. Dia menuturkan moda transportasi berbasis rel saat ini sangat digemari masyarakat.
Kondisi itu kemudian membuat jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line bisa mencapai 1 juta orang per hari, dan tidak menutup kemungkinan dapat mencapai 2 juta orang per hari di kemudian hari.
Tingginya jumlah penumpang KRL Commuter Line kerap membuat moda transportasi lainnya menunggu atau mengetem di beberapa stasiun dengan tidak tertib dan kerap membuat kemacetan di jalan raya.
Untuk diketahui, lanjutnya, pergerakan lalu lintas harian di Jabodetabek mencapai sekitar 47,5 juta perjalanan per hari pada 2015. Jumlah tersebut meningkat sekitar 58% dibandingkan dengan 2003 yang 37,3 juta perjalanan per hari.
Dari 47,5 juta perjalanan orang per hari tersebut, sekitar 23,42 juta pergerakan di dalam DKI, 4,06 juta adalah pergerakan komuter, dan 20,02 juta sebagai pergerakan lainnya yang melintas DKI Jakarta dan internal Bodetabek.
Artikel ini ditulis oleh:
Bawaan Situs

















