Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan hari ini, Selasa (5/12), mulai menunjukkan penguatan. Namun, seiring penguatan dolar, pelaung rupiah kembali anjlok makin besar.
Mengutip Bloomberg hari ini, rupiah dibuka di posisi 13.511 atau terapresiasi 16 poin dari penutupan kemarin, Senin (4/12), di posisi 13.527.
Reza Priyambada, analis pasar uang PT Binaartha Sekuritas menyebut, langkah rupiah kali ini sangat rentan terjadi pelemahan kembali. Apalagi sentimen domestik terkait inflasi cukup tinggi sekitar 0,2 persen. Sekalipun sempat direspon positif, tapi itu sangat temporer.
“Inflasi November lebih tinggi dari bulan sebelumnya, tapi inflasi itu masih terbilang rendah dari November beberapa tahun sebelumnya. Rilis ini mampu memberikan sentimen positif terhadap Rupiah meski hanya menguat tipis,” jelas Reza di Jakarta, Selasa (5/12).
Dia menegaskan, berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS), dari angka inflasi tersebut, ternyata seluruh kelompok pengeluaran ikut memberikan andil terhadap inflasi bulan ini. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada November 2017 adalah cabai merah, bawang merah, rokok filter, mie, beras dan lain-lain.
“Hal ini tentu harus diwaspadai. Apalagi, pergerakan dolar mulai menguat seiring kian jelasnya pembahasan rancangan program reformasi perpajakan AS oleh Senat,” katanya.
Untuk itu, dampaknya pergerakan rupiah akan cenderung terhambat dengan mulai menguatnya laju dolar tersebut, meskipun dari dalam negeri masih ada sejumlah berita-berita positif.
“Diharapkan sentimen yang ada dapat lebih positif, sehingga mampu mempertahankan pergerakan Rupiah di zona hijaunya dan tidak banyak terimbas penguatan laju dolar,” harap dia.
Dengan kondisi tersebut, Reza memperkirakan laju support rupiah akan bergerak di kisaran 13.538 sedang resisten rupiah di level 13.518.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: