Rizal Ramli. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Begawan ekonomi Rizal Ramli mengungkapkan adanya ketidakadilan dalam penyaluran kredit kepada masyarakat Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, ia menyebut lebih dari 2/3 kredit telah disalurkan oleh segelintir pengusaha besar saja.

“Nah sekarang pola kredit kayak gini nih, 73% kredit untuk yang gini-gini, 200 orang konglomerat,” kata Rizal dalam diskusi ‘Penurunan Daya Beli, Mainan Politik atau Benar Adanya’ di Perbanas Institute, Jakarta, Kamis (7/12).

Dari keseluruhan kredit yang disalurkan, lanjutnya, kelas masyarakat menengah ke bawah hanya mendapat porsi yang sangat kecil. Terlebih porsi kredit untuk kelas menengah nantinya dibagikan untuk 60 juta unit usaha kecil dan menengah.

Karenanya, ia pun mendesak pemerintah agar melakukan relokasi kredit secara perlahan kepada masyarakat kelas bawah.

“Ini harus digeser pelan-pelan, dari yang 73% buat yg besar, mesti kita turunin. (Dalam) tiga tahun, kita turunin ke 60%,” tegasnya.

Menurutnya, penyaluran kredit ke masyarakat bawah bukanlah hal yang tabu dalam praktik ekonomi. Ia pun membantah pemikiran yang menyebutkan bahwa hal ini hanya akan menumpuk kredit macet dalam dunia perbankan.

“Asal sistemnya bagus, kredit macetnya lebih rendah kok dari pada ini (kredit ke pengusaha besar. Jadi kita mesti geser kredit kalau kita ingin mengembangkan usaha kecil dan baru,” jelas Rizal.

Ia pun mencontohkam Kredit Umum Pedesaan (Kumpedes) yang menjadi program BRI yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin sejak 1982 silam. Program ini disebutnya hanya memiliki kredit macet yang sangat rendah, yaitu 0,3% saja.

Untuk penyaluran kredit terbaru, ia pun menyebut program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), yang telah menyalurkan kredit kepada ibu rumah tangga prasejahtera di seluruh wilayah Indonesia.

Program yang dimulai PT Permodalan Nasional Madani (Persero) sejak Januari 2016 bahkan telah memiliki 2 juta nasabah dan kredit macetnya lebih rendah dari Kumpedes.

Hal ini membuktikan bahwa kredit untuk masyarakat kecil memang mampu mendongkrak ekonomi dengan resiko yang kecil.

“Ini PNM udah bener untuk ibu-ibu, nasabahnya sudah 2 juta orang, kredit macetnya 0,21%, lebih bagus dari kumpedes,” tutupnya.

(Reporter: Teuku Wildan)

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan
Eka