Jakarta, Aktual.com – Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Agusman mencatat ada empat tantangan utama yang harus disikapi oleh generasi muda bangsa Indonesia guna menjawab perubahan zaman yang begitu cepat.
Tantangan pertama, kata Agusman, dengan menguatnya peran emerging market, termasuk Indonesia bisa menjadi episentrum dari aktivitas dan dinamika dunia. Hal ini sejalan masih tingginya laju pertumbuhan ekonomi di negara berkembang tersebut.
Saat ini, laju pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Dan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) negara berkembang seperti Indonesia diproyeksikan akan mencapai 50% dari porsi PDB dunia pada 2050.
“Dampaknya, pelaku usaha dunia akan memfokuskan bisnisnya ke negara-negara yang tergolong emerging markets. Dengan kondisi itu, menjadi tantangan besar Indonesia akan menjadi pemain utama atau hanya sekedar penonton,” ungkap Agusman kala membawakan kata sambutan Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo di Pembukaan Leadership Camp Generasi Baru Indonesia (GenBI) 2017 dalam keterangan yang diterima, Minggu (10/12).
Leadership Camp merupakan program tahunan BI dalam pengembangan wawasan, pengalaman, dan motivasi kepemimpinan bagi GenBI. Sementara itu, GenBI sendiri wadah komunitas bagi mahasiswa penerima beasiswa dari BI.
Untuk tantangan kedua, kata Agusman, kehadiran teknologi yang semakin mendominasi kehidupan kita, baik dari sisi skala, cakupan, serta dampak yang ditimbulkannya. Meski banyak manfaat dari teknologi, namun di saat yang sama keberadaan teknologi juga membawa risiko disrupsi yang tidak kecil.
Dengan bantuan sistem otomasi, kecerdasan buatan, maupun konsep internet of things dalam dua tahun ke depan, diperkirakan akan ada 5 juta pekerjaan yang hilang akibat munculnya inovasi di bidang teknologi.
“Makanya, jangan heran jika dalam waktu dekat, saingan terdekat kita bukan lagi tenaga kerja lulusan universitas ternama, melainkan keberadaan teknologi terapan termutakhir,” ujarnya.
Selanjutnya, tuturnya, tantangan ketiga yang juga harus menjadi perhatian adalah perubahan komposisi demografi penduduk dunia. Hal ini akan berimplikasi pada produktivitas maupun dinamika dunia.
Contoh ekstrimnya, tuturnya, komisi PBB untuk Statistik Ekonomi Eropa mengungkap bahwa di tahun 2050 nanti jumlah penduduk di negara Austria hanya sebanyak 8 juta jiwa. Hal itu tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan saat ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka