Jakarta, Aktual.com – Ustadz Abdul Somad, memberikan keterangan terkait dirinya sempat dilarang untuk memberikan ceramah di Bali oleh organisasi masyarakat Komponen Rakyat Bali (KRB). Pelarangan ini karena, Ustadz Somad dinilai oleh KRB sebagai dai yang tidak cinta negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Diungkapkan Ustadz Somad dalam siaran persnya yang diterima aktual.com di Jakarta, Minggu (10/12), bahwa dirinya diminta berikrar oleh Ormas KRB di rumah kebangsaan.
“Saya menolak karena, saya bukan pemberontak, saya tidak terdaftar di ormas terlarang, saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia tahun 1998 setelah lulus Pancasila dan P4.
Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila.
Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil,” kata Ustadz Somad.
Dijelaskan Ustadz Somat, pada Jumat (8/12) pukul 16.00 Wita, dirinya ketika beristirahat di kamar Hotel Aston, dirinya dibangunkan “Saya curiga akan ‘disidang’. Saya minta kepada tim untuk membeli tiket. Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan. Kelihatannya kita dijebak.”
“Saya dibawa ke salah satu ruangan hotel. Disana sudah menunggu sekitar 10-15 orang,” ungkapnya.
“Mereka meminta saya berikrar. Saya klarifikasi bahwa semua yang dituduhkan ke diri saya adalah fitnah. Karena saya menolak berikrar, mereka melontarkan kata-kata tidak layak: ‘Ngeles!’, ‘Seperti PKI’, ‘Panitia mendatangkan Ustadz otak SD’, ‘Pulangkan saja!’, dan lain-lain,” ungkapnya.
“Saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang,” paparnya.
Sekitar pukul 17.00 WITA, Ustadz Somad lanjut cerita. Saat itu Ketua PW NU Bali yang dari awal mendampingi, menangis, memikirkan apa yang akan terjadi kalau Ustadz Somad pulang. Dari pihak hotel menyampaikan bahwa situasi di seputaran hotel (lobby, halaman) tidak terkendali, massa KRB demo penolakan, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Seorang Bapak Polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel karena pintu depan tidak terkendali,” ungkapnya.
“Kapolresta Denpasar dan Dandim masuk, meminta agar mempertimbangkan, selamatkan umat. Di Masjid An-Nur sudah ada 5.000-an jamaah yang siap datang ke hotel. Situasi memanas dan mencekam.”
Sekitar pukul 18.00 WITA, “Bismillah. Saya dan semua yang ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yang ada di ruangan,” tuturnya.
“Kami keluar ruangan menuju lobby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh. Pengawalan ketat,” katanya.
Pengunjuk rasa tetap berteriak: ‘Nyanyikan dari hati, jangan di mulut saja!’. Menyanyikan Indonesia Raya. Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat. “Setelah usai, kami kembali ke kamar,” katanya.
Selepas Isya, Ustadz Somad dan tim menuju Masjid An-Nur, ceramah 100 menit. Dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW itu, hadir Raja Bali DR. Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu.
Pada Minggu (10/12), katanya, selepas shalat Shubuh Ustadz Abdul Somad didampingi MUI, GNPF dan Kepolisian menuju airport.
“Mereka (Ormas KRB) masih memunculkan berita-berita di Medsos bahwa dirinya menolak ikrar karena benar anti NKRI,” katanya.
Bahkan, kata Ustadz Somad, mereka menuduh dirinya melalui media sosial, sudah menerima dan makan uang honor dari panitia, sehingga dirinya tidak berani pulang.
“Saya sampaikan ini fitnah.
Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke Ketua Panitia, Kami orang Riau walau tidak kaya masih tumbuh sebatang dua batang pokok sawit yang menghantarkan kami ke Cairo tahun 1998 saat 1 Dolar Rp20.000 karena ongkos dibebankan ke siswa,” katanya menegaskan.
Oleh karena banyaknya berita fitnah tersebut viral di medsos, Ustadz Somad meminta aparat untuk mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang sudah merusak Kebhinekaan yang terjaga di Bali selama ini.
“Hadirnya Raja Bali DR.Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada tabligh akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali,” jelasnya.
“Agar muslim Bali membentuk Aliansi Muslim Bali untuk menjaga interen dan eksteren tetap menjaga kerukunan dengan saudara Hindu Bali untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang,” harapnya.
“NKRI Harga Mati,” tegas Ustad Somad.
Artikel ini ditulis oleh: