Jakarta, Aktual.com – Indonesia Development Monitoring (IDM) mengatakan keberuntungan bagi PDI Perjuangan, pasca Pemilu 2009 bisa dikatakan tak lagi memiliki partai pesaing yang dengan garis politik yang sama, yaitu Nasionalis-Soekarnois-Kerakyatan. Karena sejak Pemilu 2009, partai-partai yang memiliki garis politik serupa seperti Partai Pelopor, PNBK tak mampu ikut bersaing dalam kancah pemilu.
Sehingga pada Pemilu 2014 dan dapat dipastikan pada Pemilu 2019 nanti partai politik dengan garis politik Nasionalis-Soekarnois-Kerakyatan ini hanya PDI Perjuangan saja yang akan bertarung dalam pemilu 2019. Oleh karena itu mereka sangat percaya diri pada pemilu 2019 mereka akan mendominasi parlemen.
Hal ini berbeda dengan partai-partai yang menggusung garis politik Islam, dimana kekuatan politik ini sangat beragam. Mulai dari PPP, PKB, PAN, PKS dan PBB dimana mereka harus berebut basis dukungan diluar dukungan basis tradisional yang mereka miliki. Pun dengan partai-partai yang memposisikan diri sebagai partai Kekaryaan-Nasionalis-Religius.
Selain Golkar sebagai ibu kandungnya, partai-partai dengan garis politik inipun tersebar kedalam beberapa partai, seperti Nasdem, Hanura, Demokrat, PKPI dan Gerindra. Mereka harus bekerja keras mencari simpati dari massa rakyat untuk mendapatkan dukungan karena tak cukup hanya mengandalkan basis tradisonal yang mereka miliki saat ini.
“Akan tetapi, keuntungan PDI Perjuangan itu tidak akan serta merta menempatkan mereka sebagai pemenang pemilu 2019 kendati saat ini PDI Perjuangan sebagai partai penguasa. Sejarah telah membuktikan bahwa PDI Perjuangan tak mampu mengelola kekuasaan yang mereka miliki untuk mendorong partai ini dicintai rakyat. Lihat saja hasil pemilu 1999, dimana mereka adalah pemenang mutlak pada pemilu, akan tetapi pada pemilu 2004 merekapun tergusur kembali oleh Golkar. Pada pemilu 2009, merekapun tenggelam oleh kedigjayaan Partai Demokrat. Kemenangan PDI Perjuangan pada pemilu 2014 lalu bukan dikarenakan mereka pandai mengelola kekuasaan tapi dikarenakan kejelian mereka sebagai partai oposisi saat itu, selain faktor Jokowi yang sangat fenomenal dan keinginan rakyat untuk sebuah perubahan setelah 10 tahun dipimpin oleh Partai Demokrat,” kata Direktur Eksekutif IDM, Firman Tresnadi secara tertulis, Minggu (7/1).
Menurutnya, PDI Perjuangan bukan tak mampu melihat problem pokok bangsa ini. Jika dilihat dari hasil riset Megawati Institute, mereka menyimpulkan bahwa problem utama bangsa ini adalah adanya Oligarki Ekonomi, dimana penguasaan aset-aset ekonomi terkonsentrasi hanya kepada segelintir orang saja. Ini yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kendati demikian, PDI Perjuangan tidak melakukan sebuah gebrakan politik untuk memukul mundur problem pokok ini. Mereka justru menempatkan menteri-menteri yang notabene adalah penunjang dari langgengnya sistem yang menghisap rakyat ini.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby