Ribuan umat dari berbagai elemen melakukan Apel Siaga Tolak Kebangkitan PKI di Silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (3/6/2016). Dalam aksi Apel Siaga Ganyang PKI mendesak Presiden Jokowi untuk tidak meminta maaf terkait peristiwa 1965 dan memberi ruang bagi PKI.

Jakarta, Aktual.com — Pertanyaan bahwa benarkah PKI dan komunisme akan bangkit kembali setelah lama mati sering terdengar di publik saat ini. Demikian disampaikan Djoko Edhi Abdurrahman selaku Anggota Komisi Hukum DPR 2004-2009 dan juga Wasek Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama.

Dia menegaskan bahwa kebangkitan PKI memang ada dan benar adanya serta sampai saat terasa dalam masyarakat.

“Saya ambil contoh seperti saat ini seperti yang sering di lakukan oleh temen-temen dari ‘yayasan 65’ di bawah pimpinan saudara Bejo. Saya mengetahui bahwa Bejo dan kawan- kawan sebagai aktifis organisasi pelajar underboy PKI di tahuan 60 an saat ini atas nama hak asasi manusia (HAM) ingin agar negara dalam hal ini meminta maaf pada PKI karena PKI dianggap sebagai korban politik konflik internal angkatan darat,” kata dia melalui siaran pers, Minggu (14/1).

Hematnya, upaya yayasan 65 itu sah-saja saja dilakukan dalam rangka merehabilitasi nama PKI. Akan tetapi, katanya, juga merupakan fakta politik bahwa PKI adalah pelaku yang terlibat ingin merebut kekuasaan dengan memanfaatkan kondisi pertentangan politik yang tajam di tahun 65 itu.

“Di era generasi mineal ini, banyak anak anak muda yang lahir di era tahun 90 an tidak mengerti tentang sejarah pemberontakan PKI sehinggah muda terprovokasi atas nama HAM,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta