Ratusan rubu umat muslim salat subuh, dzikir dan bershalawat saat acara Reuni Akbar Alumni 212 di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Sabtu (2/12/2017). Setelah salat subuh berjamaah, agenda kemudian dilanjutkan dengan doa dan dzikir yang dipimpin oleh Saiful Mubarak. Tokoh yang hadir Mantan Ketua MPR Amien Rais, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Presidium Alumni 212 Slamet Maarif, dan Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Al Khaththath. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Masri Ikoni menyatakan bahwa dalam hal kekuasaan, politik dan agama merupakan dua hal yang tidak dipisahkan. Menurutnya, sangat relevan jika politik praktis mengedepankan nilai-nilai agama di dalam praktiknya.

“Agama dan politik harus bersinergir. Agama dan kekuasaan saudara kembar, agama adalah asasnya, kekuasaan adalah penjaganya,” kata Masri dalam diskusi bertajuk ‘Masih Relevankah Politik Agama’ di kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (20/1).

Pernyataan Masri merupakan sebuah pengingat bagi masyarakat terkait pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018 yang diadakan pada Juni mendatang. Ia berpesan agar masyarakat lebih memilih sosok yang mengedepankan nilai agama dalam Pilkada 2018.

Terlebih, Indonesia merupakan negara berlandaskan Pancasila yang memiliki kandungan religiusitas dalam sila pertama.

“Seandainya memimpin hari ini adalah orang yang tidak beragama, maka tidak sesuai dengan Pancasila,” jelasnya.

Namun demikian, Masri menolak jika agama dijadikan alat politik oleh pihak-pihak tertentu. Menurutnya, agama bukanlah dijadikan sebuah alat atau komoditas politik, melainkan lebih pada spirit dalam berpolitik.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan
Andy Abdul Hamid