Jakarta, Aktual.com-Pembangunan desa eksponensial dapat dilakukan
Pelita Desa adalah kelompok yang ingin mempercepat pembangunan desa.

Kelompok ini yakin pembangunan desa dapat dilakukan secara eksponensial, sehingga mampu mengejar pembangunan di kota.

Pada tahun 2030 cukup banyak desa yang menjadi desa yang nyaman untuk tinggal dan menjanjikan untuk berusaha.

Para pemuda yang mendapat pendidikan di kota kembali ke desa dan berusaha di desa. Mereka tidak memilih berusaha di kota yang penuh dengan kompetitor dan kurang memberi peluang untuk pengusaha pemula dan UMKM.

Pada tahun 1994 Adi Setiadi setelah mengikuti pelatihan keterampilan hidup Yayasan Pelita Ilmu selama sebulan memutuskan tak jadi berangkat ke Amerika namun akan mengurus tanah YPI di Ciseeng Parung seluas dua hektar.

Tanah tersebut masih terbengkalai dengan rumput yang tinggi dan sebagian empangnya dijadikan sawah oleh penduduk.

Tanah YPI yang diberi nama Pelita Desa tersebut telah berubah menjadi area outbound untuk anak TK dan SD dan sekarang telah bertambah luas menjadi 3 ha serta banyak gedung baru yang dibangun diatas tanah tersebut.

Penduduk tidak lagi menduduki tanah tersebut tapi bersama menyelenggarakan outbound. Ada kelompok yang mengurus konsumsi, kebersihan, flying fox, fasilitator bermain anak serta adminstrasi keuangan.

Selain Adi tak ada tenaga kerja dari Jakarta, semuanya dikerjakan penduduk setempat. Sekarang ada sekitar 100 ibu rumah tangga, 80 remaja, 20 pria terlibat dalam kegiatan outbound. Penyelanggaraan outbound dilaksanakan oleh koperasi penduduk.

Pada hari kerja kawasan ini kedatangan 500 sampai 1000 orang pengunjung. Luas tanah bertambah menjadi 3 ha. Outbound ini selain untuk rekreasi juga untuk edukasi anak dalam mengenal kehidupan bertani, memerah susu, dan juga membuat kompos.

Kawasan ini disebut sebagai Edu I. Sekitar 5 tahun yang lalu dibuka Edu II seluas 3 ha di tepi sungai Cisadane dibawah Edu I. Edu II lebih diperuntukkan untuk peserta yang lebih besar karena sarana bermainnya untuk remaja.

Sekitar 3 tahun yang lalu dibuka Edu III, jaraknya sekitar 7 km dari Edu 1. Edu III merupakan minapolitan yang menjadi tempat bermain keluarga serta penyuluhan teknologi perikanan.

Ciseeng merupakan daerah penghasil ikan darat yang besar di Kabupaten Bogor. Di Edu I diadakan pendidikan kejar paket serta di Edu II ada sekolah SMP Peradaban, siswa SMP ini tidak boleh meminta uang dari orang tua dan dilatih berwirausaha sehingga mampu membiayai pendidikannya bahkan menopang kehidupan rumah tangga orang tuanya. Edu IV sekitar 1 km dari Edu III dan merupakan kebun wisata seluas 78 ha tapi bukan merupakan milik Pelita Desa tapi Pelita Desa yang mengelolanya.

Di Ciomas kebun pelatihan pertanian juga sedang menjajaki kerjasama dengan Pelita Desa.

Di luar Bogor, Pelita Desa mempunyai jaringan dengan desa di Temanggung, Banten, Banjar, bahkan juga dengan desa di Lombok, Sumbawa dan Ende. Pelita Desa Belitung berdiri 2 tahun yang lalu seluas 3 ha sedangkan di Kendari akan berdiri Pelita Desa Kendari sekitar 8 ha.

Pelita Desa ingin menginformasikan bahwa berusaha di desa dapat juga berkembang, melibatkan warga desa serta merubah pola pikir warga untuk menjadi warga yang lebih maju.

Pelita Desa bekerjasama erat dengan pesantren setempat dan pada umumnya pesantren juga mengikuti pola pikir Pelita Desa dari mengharapkan bantuan masyarakat berubah menjadi membantu masyarakat.

Manfaat samping yang diperoleh adalah perkelahian remaja antar kampung sudah tak ada lagi, remaja sekarang punya cita-cita menjadi pengusaha yang sukses di desa.

Pelita Desa mengadakan pelatihan berkala untuk remaja yang ingin memajukan desa. Alumninya tersebar di berbagai desa di Indonesia

Strategi mempercepat pembangunan desa

Pembangunan desa harus merubah paradigma dari desa yang mengharapkan bantuan pemerintah dan pembangunannya tergantung pada program pemerintah menjadi pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh desa.

Bantuan pemerintah tentu dapat meningkatkan kegiatan pembangunan. Pembangunan desa yang dilaksankan Pelita Desa memodifikasi quadruple strategy yang digagas oleh Mudrajad Kuncoro (GAMA) dengan modifikasi disana-sini.

Strategi ini berbasis pendekatan Sektoral, Spasial, Manusia dan Pembiayaan.

Sektoral:
Mengenal produk unggulan desa
Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana serta meningkatkan modal sosial. Jika sarana fisik mahal untuk diwujudkan maka digunakan komunikasi melalui internet. Setiap desa hendaknya memunyai koneksi internet meski hanya terbatas di area tertentu
Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan perdamaian.

Spasial:
Meningkatkan pemerataan pembangunan, menjadikan petani menjadi usahawan bukan hanya sebagai pekerja tani
Percepatan pembangunan perdesaan dan daerah tertinggal
Meningkatkan hubungan dengan pusat ekonomi daerah
Memprioritaskan kecamatan sebagai pusar pertumbuhan.

Manusia:
Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan kerukunan antar umat beragama
Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, musyawarah warga dan koperasi.
Melakukan perubahan pola pikir aparat desa serta masyarakat desa yang ingin maju. Dibentuk rumah kreatif desa yang menjadi think tank desa dalam merencanakan pembangunan desa serta meningkatkan kreatifitas untuk mempercepat pembangunan desa.

Pembiayaan:
Menarik dana orang kota ke desa untuk usaha pertanian, peternakan, perikanan dan produk unggulan desa termasuk membangun desa wisata.

Keterlibatan warga desa serta kepemilikian oleh warga desa dijamin.
Kepemilikan tanah sedapat mungkin dipertahankan, warga desa jangan tergiur oleh tawaran harga tanah yang tinggi.
Warga desa harus ikut menikmati hasil pembangunan desa mereka.

Lembaga yang harus dibentuk
Koperasi desa
Rumah keratif desa
Lumbung desa
Internet desa
Teknologi pertanian dan teknologi pangan
Jaminan listrik desa
Penyediaan air bersih
Pedidikan dan pelatihan termasuk jarak jauh
Jaringan antar desa
Bengkel desa
Rumah singgah desa
Kader desa

Tenaga desa yang terdidik yang berada di kota diajak untuk membangun desa baik dalam bentuk jaringan kerjasama atau ajakan kembali ke desa untuk membangun desa.

Lembaga pembiayaan yaitu diadakannya lembaga keuangan yang dipercaya yang dapat mengumpulkan dana dari luar desa sehingga dapat digunakan untuk membangun desa. (i-ternak,i=tani dsb)

Sudah cukup banyak desa yang maju karena menjadi desa wisata atau menghasilkan produk unggulan yang dapat dipasarkan pada tingkat nasional maupun internasional. Namun harus dihindari kemajuan tersebut bukanlah kemajuan yang berda di desa namun tak dapat dinikmati oleh warga desa.

Kenapa optimis percepatan pembangunan desa
Pembangunan desa secara eksponensial dapat diwujudkan melalui perubahan sikap aparat dan warga desa, pemanfaatan teknologi informasi, teknologi pertanian, teknologi agro serta akses kepemasaran luar desa termasuk ke pasar internasional. Dana untuk membangun desa dapat dhimpun dari investor di luar desa yang percaya pada proyek yang sedang dijalankan di desa. Percepatan pembanguna desa dilaksanakan oleh masyarakat baik melalui lembaga masyarakat maupun perusahaan bersama (koperasi) sedangkan aparat desa mendorong dan mempermudah pembangunan desa.

Faktor kepemilikan tanah merupakan faktor yang amat penting. Kepemilikan tanah yang sudah semakin mengecil jangan sampai dijual kepada pemodal sehingga warga desa hanya menjadi penonton kemajuan desa. Pelita Desa percaya bahwa di masa depan warga kota dan warga desa akan dapat hidup bersama-sama, nyaman, dan sejahtera.

Masalah urbanisasi akan semakin berkurang bahkan bukan tidak mungkin warga kota pindah, berdiam dan berusaha di desa.

Penulis : Samsuridjal Djauzi, Adi Setiadi
(Pelita Desa).

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs