Gaza, Aktual.com – Ribuan orang Palestina berkumpul di perlintasan perbatasan Gaza dengan Mesir pada Kamis (8/2) waktu setempat, dengan harapan dapat memanfaatkan peluang singkat untuk pergi setelah Kairo membuka perbatasan yang telah ditutupnya sementara memerangi pemberontakan kelompok Islamis di sisi lainnya.
Israel juga memberlakukan pembatasan ketat di perbatasannya dengan Jalur Gaza. Berarti 2 juta orang Palestina yang tinggal di Jalur Gaza dengan kelompok Hamas sebagai pasukan bersenjata dominan, jarang meninggalkan kantung yang berpenduduk padat itu.
Awni An-Najar, yang berusia 74 tahun, mengatakan di perlintasan Rafah bahwa ia berusaha memasuki Mesir untuk memperoleh perawatan kesehatan. Paha pria yang memakai kursi roda dan dibantu istri dan puterinya patah.
“Para pasien harus diizinkan pergi secara bebas. Saya ingin bisa berjalan lagi,” kata dia, seperti diberitakan Reuters, Jumat (9/2).
Mesir cenderung membuka perbatasan itu secara temporer beberapa kali setahun, biasanya dengan pemberitahuan singkat dan penjelasan sedikit. Pembukaan paling akhir mulai Rabu dengan tanpa pengumuman sama sekali.
Kedutaan Palestina di Kairo “menyampaikan terima kasih kepada Presiden Abdel Fattah Al-Sisi atas kepeduliannya untuk mengangkat penderitaan orang-orang Palestina,” demikian kedutaan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian luar negeri Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pembukaan perlintasan tersebut terjadi hanya dua kali dalam lebih dua dekade sementara para petugas keamanan tak bersenjata dari Otoritas Palestina yang didukung barat (PA) menjaga sisi Palestina, bukan Hamas.
Perjanjian rekonsiliasi pada Oktober antara Hamas dan rivalnya gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas memberikan kepada PA untuk mengendalikan perlintasan Rafah pertama kali sejak Hamas menguasai Gaza pada tahun 2007. Mesir membuka perbatasan itu sebentar pada Desember.
Warga Gaza telah berharap kendali PA dapat menjadi langkah menuju pembukaan kembali permanen perbatasan itu, mengakhiri blokade de facto yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir karena alasan-alasan keamanan, yang telah menghancurkan ekonomi kawasan tersebut dan mengakibatkan Gaza dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia menurut Bank Dunia.
Sejauh ini penguasa Mesir mengatakan pembukaan permanen perbatasan tersebut bergantung pada keamanan di sisi Mesir, tempat mereka telah memerangi pemberontakan kelompok Islamis yang makin keras.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: