Padang, Aktual.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Padang, beberapa waktu lalu telah menetapkan pasangan calon (paslon) beserta nomor urutnya untuk Pilkada Kota Padang 2018.

Dua paslon yang ditetapkan itu membuat dua petahana saling berhadapan untuk memperebutkan kursi nomor satu di Ibu kota Sumatera Barat tersebut. Kedua paslon itu adalah Mahyeldi-Hendri Septa (nomor urut dua) dan Emzalmi-Desri Ayunda (nomor urut satu).

Pengamat Politik Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas Edi Indrizal, menilai adu kekuatan petahanan pada Pilkada Kota Padang relatif sepadan. Alasannya, karena popularitasnya antara Mahyeldi dan Emzalmi juga tidak diragukan lagi.

Menurut Edi, saat ini Mahyeldi lebih diunggulkan akan ‘Dot Insentive’ politik lebih besar.

“Dalam persepsi publik terkait sejumlah pembaharuan yang dilakukan Mahyeldi yang dinilai berhasil oleh masyarakat, terutama pencapaian pembangunan Kota Padang empat tahun terakhir,” kata Edi Indrizal di Padang, Senin (19/2).

Namun kata Edi, Emzalmi masih mendapatkan nilai plus. Hal itu karena faktor basis pemilih tradisional-primordial yang lebih besar bagi Emzalmi. “Faktor ini dipengaruhi persepsi positif masyarakat terhadap Emzalmi sebagai putra asli Kota Padang,” jelas Edi.

Beralih pengaruh ‘sang’ pendamping, Edi menyatakan kedua pendamping dari pasangan calon memiliki potensi yang khas. Semisal pendamping Mahyeldi, Hendri Septa, Edi menilai ia memiliki potensi dari segi sebagai Ketua DPC PAN Kota Padang, kemudian jaringan orang tuanya, Anggota DPR RI Asal Sumatera Barat Asli Chaidir yang telah teruji.

“Hendri Septa juga memiliki nilai lebih sebagai putra asli Kota Padang. Kemudian, jaringan orang tua juga harus diperhitungkan,” kata Edi.

Sementara, pendamping Emzalmi, yakni Desri Ayunda, menurut Edi tidak diragukan lagi. Desri Ayunda dinilai juga lebih matang, karena bisa melenggang ke putaran kedua pada Pilkada Kota Padang tahun 2013.

“Ini nilai lebih, karena Desri Ayunda berhasil menjadi ‘Runner Up’ pada Pilkada sebelumnya. Kemudian, sebagai putra asli Kota Padang juga menjadi faktor penting,” ujar Edi.

Selain itu, prediksi Edi, Pilkada Kota Padang tahun 2018 berpotensi panas. Karena, menurutnya, partisipasi politik masyarakat akan menjadi poin utama terhadap pengaruh konstelasi politik di Kota Padang.

“Partisipasi politik rakyat dalam Pilkada ini bisa lebih ditingkatkan, secara kuantitas maupun kualitas. Masalahnya pengalaman objektif dua Pilkada sebelumnya, partisipasi pemilih di Pilkada Kota Padang paling rendah di Sumatera Barat, maka bukan tidak mungkin Pilkada ini tetap akan ‘adem ayem’ saja seperti sekarang,” pungkas Edi.

IKHWAN / KOTA PADANG

Artikel ini ditulis oleh: