Maulana Syekh Dr Yusri Rusydi Sayyid Jabr Al Hasani membacakan risalah karya Abu Fadhl Al Arif Billah Suekh Abdullah bib Shidiq Al Ghumari RA di Zawiyah Arraudhah, Jalan Tebet Barat, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2018). Acara yang berlangsung dari 11 hingga 14 Januari ini akan membahas tiga risalah diantaranya Husnu at-Talatthuf fi Bayani Wujubi Suluki at-Tasawwuf, Irsyadu at-Tholibi an-Najibi lla ma fi al-Maulidi an-Nabiwiyyo min al-Akadzibi, An-Nafhatu al-Ilahiyyah fi as-Sholati ala Khoyri al-Bariyyah dan Syarah as-Sholawat al-Yusriyyah wa Asmaul Husna karya Maulana Syekh Yusri Rusydi Sayyid Jabr al-Hasani Hafidzahullah. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala wa ra’ah dalam pengajian kitab Bukharinya menjelaskan bahwa kitab shahih Bukhari adalah dikhususkan untuk dikaji dan dipelajari orang seseorang yang alim, tidak hanya dibaca sendiri tanpa seorang guru.

Sehingga pemikiran-pemikiran yang menentang kepada kitab ini adalah berdasarkan atas kebodohan semata, oleh sebab dirinya enggan untuk bertanya kepada para ulama.

Pada kitab Bukhari tertulis dalam judul babnya, yaitu: ” باب قوله: ﴿مَا نَنْسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نَنْسَأْهَا﴾”, yang artinya: “Bab tentang firman Allah Swt: ” Dan tidaklah Kami menaskh (mengganti) dari sebuah ayat atau pun mengakhirkannya”(QS. Al Baqarah:106).

Pada ayat di atas, Imam Bukhari menuliskan ayat tersebut dengan menggunakan qira’ahnya Imam Ibnu Katsir dan Imam Abu Amr Al Bashri, yang mana bacaannya berbeda dengan yang biasa kita kenal, yaitu riwayatnya Imam Hafs dari Imam Ashim.

Dalam riwayat yang masyhur, adalah membacanya dengan: ” أَوْ نُنْسِهَا” yaitu riwayatnya Imam Hafs dan Jumhur, dimana dua cara baca pada kalimat ini adalah sama-sama qira’ah yang mutawatirah sampai kepada baginda Nabi Saw.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid