Bank Indonesia (BI) menilai peningkatan pertumbuhan ekonomi bukanlah hal yang utama. Melainkan terjaganya stabilitas moneter, termasuk inflasi yang rendah, nilai tukar yang bersaing. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Ketua DPR Bambang Soesatyo meminta Bank Indonesia mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah agar tidak melewati batas fundamental karena dapat mebebani kondisi fiskal negara.

Menurut Bambang di Jakarta, Jumat (2/3), selain beban fiskal, pelemahan rupiah akhir-akhir ini di rentang Rp13.700-Rp13.800 per dolar AS juga dapat membebani kinerja korporasi karena membuat cicilan utang semakin besar dan dapat menurunkan daya saing produk karena impor semakin mahal.

“Pelemahan ini berpotensi menurunkan daya saing, menaikkan beban terhadap pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri pemerintah, serta penyesuaian harga bahan bakar minyak,” kata Bambang.

Parlemen juga meminta pemerintah untuk mengantisipasi tekanan ekonomi global yang semakin deras terutama dari Amerika Serikat agar tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan domestik.

“Komisi XI DPR harus juga mendorong pemerintah untuk terus melakukan pengawasan jangka menengah dan jangka panjang terhadap dampak dari dinamika ekonomi global, seperti nilai tukar rupiah yang terus tertekan dan harga minyak dunia, secara konsisten,” ujarnya.

Jumat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dibuka menguat tipis. Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat, dolar AS melemah 47 poin di level Rp13.746 per dolar AS dibanding Kamis yang sebesar Rp13.793 per dolar AS.

Bank Indonesia mencatat volatilitas rupiah sejak 1 Januari 2018 hingga 1 Maret 2018 sudah menyentuh 8,3 persen, dibandingkan sepanjang 2017 yang hanya tiga persen.

Secara terpisah, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, fluktuasi nilai rupiah dalam beberapa hari terakhir di kisaran Rp13.700-Rp13.800 sudah berlebihan, dan berada di bawah nilai fundamental (undervalued).

Bank Sentral, kata Mirza, siap untuk melakukan stabilisasi di dua pasar, yakni pasar valas dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) jika nilai rupiah terus “undervalued”.

“Sebenarnya waktu kemarin ‘trading’ (perdagangan) pada level Rp13.200-Rp13.300 itu masih di level yang cocok ya. Jadi kalau sekarang ini ya menurut kami sudah terlalu berlebih,” kata Mirza.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara