Jakarta, Aktual.co — Harga rumah baru di Tiongkok selama delapan bulan berturut-turut hingga April 2015 mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan sektor properti menjadi hambatan terbesar bagi ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Harga rata-rata rumah baru di 70 kota besar di Tiongkok turun hingga 6,1 persen dari tahun lalu. Ini menandai salah satu risiko terbesar bagi pertumbuhan ekonomi raksasa Asia, yang berada di jalur paling lambat dalam seperempat abad tahun ini.
Harga rumah di Beijing mengalami kenaikan untuk selama dua bulan berturut-turut hingga April. Sementara itu, harga rumah baru di Shanghai naik untuk pertama kalinya dalam satu tahun terakhir.
Sepert dilansir BBCBusiness, Selasa (19/5), namun secara keseluruhan harga di sebagian besar kota-kota kecil mencapai 60 persen dari penjualan nasional.
Para analis mengatakan, bahwa data terakhir akan terus menambah tekanan pada para pembuat kebijakan untuk memudahkan dan memperkenalkan langkah-langkah stimulus untuk meningkatkan perekonomian.
Pihak berwenang telah mereda dimana peraturan pajak dan persyaratan down-payment pada bulan Maret dan awal bulan ini, suku bunga Bank Sentral juga dipangkas untuk ketiga kalinya sejak November untuk mengambil pinjaman.
Namun demikian, pertumbuhan investasi real estate bergeser ke tingkat terendah sejak 2009 di kuartal pertama tahun ini. Pertumbuhan jatuh ke 8,5 persen pada bulan Januari sampai dengan Maret.
Untuk diketahui, menurut Nationals Biro Statistik, turun dari 10,4 persen dalam dua bulan pertama tahun ini. Sektor properti menyumbang sekitar 20 persen dari ekonomi Tiongkok.
Artikel ini ditulis oleh:

















