Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan saat pengukuhan Kogasma di DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/18). SBY mengukuhkan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai Kogasma untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjanjikan akan meneruskan keluhan para petani kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal ini dilontarkannya saat berdialog dengan ratusan petani di Pendopo Graha Mahardika Samiyasa Desa Tlogo, Klaten, Jawa Tengah. Beberapa keluhan dari petani di antaranya adalah persoalan pupuk dan kualitas beras untuk warga miskin (raskin).

Keberadaan SBY di Klaten sendiri dalam rangka Tour de Jawa Tengah Partai Demokrat. Acara itu bertujuan untuk menyerap aspirasi rakyat dan memberikan solusi.

“Ini sudah menjadi tugas saya sebagai mantan Presiden. Saya masih sering bertemu dengan Pak Presiden Jokowi, hubungan kami baik. Nanti akan saya sampaikan keluhan bapak dan ibu ini, berikan masukan agar dilakukan perbaikan,” kata SBY, sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (7/4).

SBY berpendapat, ketahanan pangan dan swasembada pangan merupakan dua hal penting dalam sebuah negara. Namun, ia beranggapan jika dua hal tersebut akan sia-sia jika kesejahteraan para petani masih di bawah rata-rata.

“Jangan sampai petani membanting tulang siang malam, kepanasan kehujanan, memproduksi padi, tapi dijual harganya tidak seberapa. Yang untung tengkulak-tengkulak. Ini tidak adil,” tegasnya.

Karena itulah, SBY meminta petani juga jangan menjual padi di sawah langsung ke tengkulak. Sebab, harganya rendah, petani tak dapat untung. Lebih baik dipanen dulu menjadi gabah, basah atau kering.

“Pemerintah pun harus memperhatikan, jangan biarkan pihak-pihak mempermainkan harga pangan yang menyebabkan petani rugi. Harus sama-sama untung,” kata SBY.

Pada dialog tersebut, petani mengeluhkan sejumlah isu kepada SBY. Di antaranya sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi hingga kualitas raskin yang buruk.

“Untuk mendapatkan pupuk, petani harus mempunyai rekening di BRI. Jadi untuk mengambil, datang dulu ke BRI baru ambil pupuk di gudang. Tidak praktis. Ini sangat menyulitkan kami,” ujar Rujiman.

Sementara, petani lainnya, Sengkono, mengeluhkan kualitas raskin yang dianggap tak layak untuk dimakan. “Setiap panen beras kita kualitas internasional, sangat bagus. Tapi kenapa beras yang dibagikan pemerintah ke rakyat sangat tidak layak. Tidak bisa dimakan,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, SBY meminta para wakil rakyat dari Demokrat untuk melaporkan ini kepada pemerintah, kementerian terkait dan Bulog.

Menurut SBY, pemberian raskin ini merupakan kebijakan di era pemerintahannya. Namun beras yang dibagikan adalah yang berkualitas sedang, bukan beras yang tak layak untuk dimakan.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Teuku Wildan