Jakarta, Aktual.com – Direktur Progress Indonesia, Taufiq Amrullah mengemukakan tiga dampak yang akan mencuat ke publik jika Prabowo Subianto telah resmi diusung Gerindra dan PKS sebagai Calon Presiden (Capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang.
Dampak pertama, menurut Taufiq, Jokowi dan lingkarannya akan merasa lebih aman lantaran skema pertarungan dalam Pilpres sudah bisa terukur dan dikendalikan.
Ia mengatakan, adalah sebuah rahasia umum jika Luhut Binsar Panjaitan yang merupakan tangan kanan Jokowi, diketahui telah beberapa kali menemui Prabowo.
“Tentu banyak yang dibicarakan, yang mencuat adalah rayuan agar Prabowo mau menjadi cawapres Jokowi untuk menihilkan kandidat lain, lawan kotak kosong,” ungkap Taufiq dalam keterangan tertulisnya pada beberapa waktu lalu.
Meskipun rayuan ini tak berhasil, Taufiq menduga jika tampilnya Prabowo merupakan dianggap sebelah mata oleh Jokowi. Sebab, keduanya pernah bertarung dalam Pilpres edisi terakhir, sehingga kubu Jokowi optimis akan mengulang kemenangan mereka atas Prabowo dalam Pilpres mendatang.
“Tapi tunggu dulu, ini bukan tarung di atas ring, variabel publik dan lainnya masih banyak, tak terbaca oleh petahana. Masih banyak peristiwa tak terduga yang akan terjadi, banyak hal tak terkendali akan terus mengiringi,” jelas Taufiq.
Pada dampak kedua, menurut Taufiq, Prabowo akan memutus spekulasi yang banyak diperbincangkan oleh publik. Terlebih, Pilpres 2019 disebut-sebut menjadi kesempatan terakhir Prabowo untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Pemutusan spekulasi ini, tambah Taufiq, juga terjadi pada saat PDIP memutuskan untuk menjadikan Jokowi sebagai jagoannya dalam Pilpres yang lalu.
“Prabowo dan Gerindra juga memutuskan maju kembali sebagai capres 2019 adalah ‘tahapan’ penting dalam pemilu 2019. Bahwa akhirnya pesta demokrasi akan ramai dan tidak menjadi sekedar ritual demokrasi,” terang mantan Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ini.
Sedangkan dampak terakhir adalah meningkatnya gairah demokrasi di Indonesia. Menurut Taufiq, munculnya Prabowo sebagai Capres akan merangsang lahirnya nama Capres ketiga.
Ia menambahkan, hal ini diakibatkan adanya sekelompok masyarakat yang tak ingin terjebak dengan persaingan antara Jokowi dengan Prabowo. Sebagian masyarakat, jelas Taufiq, teridentifikasi sebagai pihak yang tidak mengingingkan Jokowi menang tetapi juga tidak menghendaki kemenangan Prabowo.
“Berdasarkan survey, rakyat yang tidak puas pada kepemimpinan Jokowi lebih banyak, tapi mereka tidak serta-merta memilih Prabowo. Berharap ada pilihan figur lainnya yang bisa menjadi breakthrough,” bebernya.
Terlebih, terdapat tiga parpol yang belum memutuskan calon yang akan diusungnya hingga kini, yakni Partai Demokrat, PAN dan PKB. Capres poros ketiga, kata Taufiq, sangat mungkin akan lahir tiga parpol ini.
“Mengulang Pilgub DKI, kemungkinan akan hadir poros ketiga,” katanya.
Dengan demikian, satu tahapan demokrasi, yaitu terbukanya saluran demokrasi, pun telah tercapai dan publik juga dibuat lega karenanya.
“Apapun spekulasi dan kontroversi yang menyertainya, kita adalah masyarakat beradab yang punya itikad membangun dan menyatukan bangsa,” jelasnya.
“Jangan sampai kita menjadi negara gagal. Keras dalam perbedaan pemikiran, lemah lembut dalam interaksi sosial,” pungkas Taufiq.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan