Bandung, Aktual.com – Ekonom senior Dr. Rizal Ramli memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan banyak berubah hingga 2019 mendatang. Ia pun menyebut jika tingkat pertumbuhan ekonomi akan mandek pada angka 5%.
Kebijakan super konservatif yang dibuat tim ekonomi pemerintah menjadi biang keladinya.
“Ekonomi kita dua tahun terakhir mandek di 5 persen, dan akan berlanjut kemandekan ini sampai 2019 karena kebijakan makro ekonominya sangat konservatif,” ujar Rizal Ramli dalam diskusi dan dialog kebangsaan yang diselenggarakan di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (14/4) kemarin.
Mantan Menko Ekuin era Presiden Gus Dur ini beranggapan, kebijakan perekonomian yang super konservatif, seperti yang digunakan pemerintah saat ini adalah kebijakan yang dibuat sekedar mengamankan pembayaran pokok dan bunga hutang saja. Untuk pembayaran pokok dan bunga hutang yang jatuh tempo pada 2018 saja, mencapai Rp 840 triliun.
“Dan itu sama dengan dua kali dari anggaran infrastruktur, sehingga tidak aneh ekonomi mandek di 5 persen,” katanya.
Dengan demikian, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun tidak akan pernah menembus dua digit jika pemerintah masih bersikeras dengan kebijakan super konservatif yang menggunakan pakem ekonomi neoliberal ala Bank Dunia.
Ia pun menegaskan jika kebijakan ini harus diubah untuk menyelamatkan kondisi perekonomian Indonesia.
Rizal mengungkapkan, ia kerap menanyakan langsung kondisi perekonomian dan kehidupan rakyat dalam setiap kesempatan kunjungannya di berbagai daerah di Indonesia. Kebanyakan masyarakat, jelasnya, menjawab jika kondisi hidup mereka akan tetap sulit tanpa adanya perubahan kebijakan dari pemerintah.
“Kami khawatir dan kami tanya tadi di sini kira-kira bakal baik tidak nasib di tahun yang akan datang? Kami tanya di Sumatera Utara, Ternate, Tidore mengenai apakah rakyat di dua tahun atau tujuh tahun lagi akan lebih baik nasibnya? Mereka menjawab tidak yakin akan lebih baik,” papar Rizal.
Atas realitas ini, Rizal mengingatkan pemerintah untuk mawas diri dan bisa berlapang dada melakukan intropeksi. Kalau tidak mampu memperbaiki nasib rakyat lebih baik sudahi saja. Jangan malah sibuk memoles diri agar terpilih kembali di Pilpres mendatang.
“Kecuali mampu ada kejelasan programnya, strateginya apa yang mau dilakukan kedepan. Tapi kalau nggak saya kira cukup, kasihan rakyat,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan