Ilustrasi Tumpahan Minyak (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Tumpahan minyak milik PT Pertamina (Persero) di Teluk Balikpapan tidak hanya berdampak buruk bagi sosial lingkungan, namun juga membawa kesedihan mendalam utamanya bagi keluarga dari lima orang yang menjadi korban jiwa dari peristiwa nahas itu. Akibat ceceran minyak di permukaan air Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, menyebabkan terjadinya kebakaran dua kapal kayu milik nelayan dan bagian belakang/buritan kapal Cargo Ever Judger berbendera Panama asal China yang bermuatan batu bara.

Kobaran api yang berlangsung Sabtu pagi sekitar pukul 10:00 WITA (31/3) itu dapat dipadamkan beberapa jam kemudian dengan melibatkan tim pemadam kebakaran dari Pertamina RU V, Chevron, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) dan BPBD Balikpapan, namun lima orang nelayan bernama Suyono (55), Sutoyo (42), Imam (41), Wahyu Gusti Anggoro (27) dan Agus Salim (43) menjadi bagian dari korban.

Kala itu, belum diketahui sumber ceceran minyak berasal dari mana. Berdasarkan hasil uji laboratorium Pertamina dikatakan bahwa ceceran minyak yang ditemukan berjenis fuel oil (bahan bakar kapal) dimana Kilang Pertamina Balikpapan tidak memproduksi jenis minyak tersebut. Dengan demikian Pertamina menepis sangkaan kelalaian dari aktifitas korporasi. Bahkan Pertamina juga menyampaikan hasil pemeriksaan instalasi pipa bawah laut yang menyalur minyak mentah dari terminal Lawe-Lawe ke kilang Balikpapan, tidak ditemukan kebocoran dan lokasi pipa berada jauh dari titik kebakaran.

Beberapa hari kemudian atau tepatnya pada Senin sore (2/4) perusahan plat merah itu baru menyadari adanya indikasi patahan pipa dan dilanjutkan sight sonar scan pada Selasa pagi (3/4). Sorenya, Pertamina telah menemukan hasil dan mengakui bahwa sumber ceceran minyak berasal dari pipa bawa laut yang menghubungkan terminal Lawe-Lawe ke fasilitas Refinery (kilang).

Pipa berdiameter 20 inchi dengan ketebalan 12 milimeter yang terbuat dari bahan baja tersebut mengalami patah dan bergeser sejauh 100 meter dari posisi semula. Menurut keterangan General Manager Pertamina RU V Balikpapan, Togar MP Manurung, patahnya pipa bukan karena operasional Pertamina melainkan ada unsur eksternal force yang terjadi pada pipa di kedalaman 22 sampai dengan 26 meter.

Safety Industri Migas Dipertanyakan

Artikel ini ditulis oleh:

Eka