Presiden Joko Widodo (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Direktur Pusat Studi ASEAN Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Jombang Zahrul Azhar, menyayangkan inisiatif yang akan diangkat Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-32 ASEAN di Singapura bukan soal krisis kemanusiaan Rohingya.

“Ada isu yang lebih besar di kawasan, dan kita tahu yang paling mendesak adalah Rohingya, kenapa malah ke siber?” kata Zahrul di Singapura, Jumat (27/4).

Sebelumnya dalam rilis Direktorat Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI disebutkan Presiden Jokowi akan mendorong ASEAN untuk meningkatkan kerja sama dalam melindungi data pribadi masyarakat setelah insiden penyalahgunaan data para pengguna Facebook untuk kepentingan politik.

Menurut Zahrul, inisiatif tersebut sesuai dengan tema yang diangkat kekuatan Singapura di ASEAN untuk memajukan “Smart Cities”, namun ada isu regional yang lebih besar yang perlu diangkat, yakni krisis kemanusiaan Rohingya.

Wakil Rektor UNIPDU tersebut menambahkan, Presiden Jokowi seharusnya memperhatikan seruan-seruan dari Komite ASEAN untuk HAM (AICHR) dan Parlemen ASEAN untuk HAM (APHR) yang menjadi peringatan bahwa krisis Rohingya ini sudah jadi masalah kawasan.

“Kalau ASEAN bisa mengatasi Rohingya, ini bisa jadi preseden baik bagi ASEAN yang selama ini masih dianggap seremonial. Padahal bukan, ‘kan? Karena keberadaan ASEAN tujuannya menjaga kemanusiaan,” ujarnya.

Dalam rilis Kemlu tersebut disebutkan Presiden Jokowi dan pemimpin sepuluh negara anggota ASEAN lainnya akan menandatangani nota konsep Kerja Sama Keamanan Siber, nota “ASEAN Smart Cities Network” dan “ASEAN Leaders’ Vision for a Resilient and Innovative”.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: