Surabaya, aktual.com – Para tokoh nasional yang ikut mengunjungi tempat kejadian perkara (TKP) dan korban ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu, mendukung langkah gabungan dari Polri dan TNI untuk menindak serta menumpas sel-sel teroris di Indonesia.

Mahfud MD yang mewakili Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila mengatakan pelaku terorisme adalah orang yang antikeadilan, dan hal itu bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan bangsa.

Menurut Mahfud, terorisme merupakan tindakan antikemanusiaan dan antikeadilan. Terorisme melakukan tindakan yang sangat keji. Itu adalah bentuk dari tindakan antikemanusiaan yang paling keji adalah terorisme.

“Kita mendukung langkah yang akan dilakukan Polri dan TNI yang akan membuat langkah gabungan atau bersama untuk menindak sel-sel yang mulai tumbuh di Indonesia,” kata dia, Minggu (13/5).

Dia menilai, pemeluk agama apapun yang melakukan teror pasti melanggar dan ingkar dari ajaran agama. Ajaran agama apapun di Indonesia pasti menolak terorisme.

“Jangan dikaitkan pelaku terorisme adalah berjuang untuk agama. Mereka harus ditumpas karena merupakan anti-agama,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin mengatakan semua pihak harus mengutuk keras kejadian ini terutama pembunuhan atas orang-orang yang tidak berdosa apalagi di tempat ibadah saat orang melakukan ibadah.

“Ini sungguh di luar perikemanusiaan dan periketuhanan,” ucapnya.

Dia menegaskan, tidak ada satu ada agama apapun khususnya Islam yang membenarkan aksi terorisme. Oleh karena itu MUI, lanjut dia, meminta mendukung dan mendorong polri mengusut tuntas dan bila perlu menyingkap aktor intelektualiis di balik ini semua.

“Terorisme belum sirna dari Indonesia. Saya pesan, sesuai dengan kesepakatan ulama dan cendekiawan Muslim se-dunia di Bogor, kita kembali ke dasar keislaman yang menampilkan wasafiyah. Jelas ini bertentangan dengan prinsip itu. Mohon jangan dikaitkan islam. Pelaku terbukti agama islam itu masuk klaim secara sepihak,” tuturnya.

Dilanjutkannya, sebelum ini banyak terjadi kekerasan terhadap tokoh agama namun dinyatakan gila. Din mengaku tidak punya bukti di tangan. Namun, terorisme tidak tertutup kemungkinan berhimpit motif lain dari pihak yang ingin menciptakan konflik di tubuh masyarakat.

“Sasaran di gereja diharapkan akan ada konflik pertentangan antara Islam dan Kristiani. Diharapkan setelah itu terjadi konflik dan kekacauan, maka mereka mendapat manfaat politis,” ujarnya.

Ant


Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang