Jakarta, Aktual.com – Direktur Utama PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA), Bisman Novel Maraden Firdaus Simatupang, menyebut manajemen MTRA optimistis kondisi 2018 ini akan lebih baik.
Hal ini ditandai dengan pengerjaan proyek yang berskala besar yang dihasilkan dari Kerja Sama Operasi (KSO) dengan mitra asing.
“Makanya kami yakin perekonomian Indonesia terus berkembang dan akan semakin membaik dimasa datang, dan mencapai proyeksi pertumbuhan sebesar 5,5% di 2018,” jelas Bisman, di Jakarta, Selasa (15/5).
Sebagai informasi, MTRA menandatangani MoU dengan CNQC (South Pacific) Holding Pte Ltd, Singapura melalui perwakilannya di Jakarta. Perseroan telah membentuk KSO dalam melaksanakan dua proyek yang diperoleh bersama CNQC.
Kontrak itu terbagi dalam dua proyek yaitu Crea Resort Office dan Metrolink Logos Project. Crea merupakan office space di Nusa Dua, Bali.
Adapun untuk proyek Logos berada di Bekasi, dengan nilai lebih-kurang hingga Rp1 triliun dengan waktu pengerjaan hingga 2019. Kedua proyek tersebut tengah memasuki tahap mobilisasi dan telah berjalan dari November 2017.
“Sektor infrastruktur dan konstruksi akan selalu menjadi salah satu fokus penting dalam menopang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Ini akan memberi keyakinan bagi prospek usaha perseroan di masa mendatang, sehingga memberikan optimisme berusaha,” ujarnya.
Sepanjang 2017, perseroan berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp258,27 milyar atau naik 5,12% dibandingkan dengan 2016 sebesar Rp245,68 milyar dengan laba bersih naik 10% menjadi Rp10,006 milyar.
Dari total pendapatan usaha itu, kata dia, sektor jasa konstruksi dari perusahaan jasa konstruksi Pemerintah menyumbang pendapatan sebesar Rp56,037 milyar atau 22% dari pendapatan usaha Perseroan.
Dan sisanya sebesar Rp202,235 milyar atau 78% dihasilkan dari pekerjaan proyek non jasa konstruksi Pemerintah atau non BUMN.
Namun sayangnya, di kuartal I/2018 ini, kata dia, sektor konstruksi di Indonesia minus 0,52. Padahal di kuartal 4/2017, konstruksi tumbuh 0,03, sedangkan pada kuartal I/2017, konstruksi turun 0,35.
Penurunan sektor konstruksi ini berbanding terbalik dengan langkah pemerintah yang gencar membangun proyek infrastruktur.
Pelemahan sektor infrastruktur dan konstruksi juga tercermin dari data Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Triwulan I/2018 yang mengungkapkan bahwa sektor ini tertekan selama tiga bulan pertama tahun ini.
“Dari kondisi itu, perseroan meraih pendapatan sebesar Rp50,46 milyar pada kuartal I/2018, mengalami penurunan 25,7% dari kuartal I/2017 sebesar Rp67,98 milyar di tengah belum kondusifnya sektor infrastruktur dan konstruksi,” katanya.
Dia juga menegaskan, dengan melambatnya sektor konstruksi, emiten jasa konstruksi infrastruktur khususnya konstruksi baja itu akan mengurangi porsi KSO dengan BUMN di tahun ini.
“Di 2018 ini kami berharap komposisi KSO dengan non BUMN menjadi 80 persen dan hanya 20 persen saja dengan BUMN,” ujarnya dengan menambahkan perseroan hanya menyisihkan anggaran belanja modal (capex) hanya Rp10-15 miliar.
Untuk itu, kata dia, dalam menghadapi situasi ini, pihaknya telah mengambil langkah strategis dan hati-hati melalui konsolidasi sumber daya manusia untuk membangun pondasi bagi pengembangan usaha.
“Hal ini menghasilkan pencapaian yang relatif stabil bagi perseroan,” pungkasnya.
Busthomi
Artikel ini ditulis oleh: