Beijing, Aktual.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah resmi menetapkan tarif sebesar 25% terhadap 818 produk asal China, atau sebesar 34 miliar dolar AS pada Jum’at (15/6) kemarin.
Kebijakan ini pun dibalas dengan ancaman China yang juga akan melakukan hal yang sama terhadap impor minyak mentah, gas alam dan produk energi lainnya dari AS.
“Ini masalah besar. China pada dasarnya adalah pelanggan terbesar untuk minyak mentah AS sekarang, dan bicara tentang minak mentah, ini adalah masalah,” kata Director of Commodity Research, Matt Smith.
“Terlebih bila anda melibatkan juga produk (turunan). Ini jelas merupakan perkembangan besar,” sambungnya.
Sebagai informasi, saat ini China mengimpor sekitar 363 ribu barel minyak mentah dari AS setiap harinya. Angka ini setara dengan jumlah minyak yang diimpor Kanada, yang disebut data Departemen Energi AS disebut importir minyak mentah terbesar negeri Paman Sam.
Angka di atas juga belum ditambah dengan tambahan 200 ribu barel per hari dari produk lainnya seperti propana.
Namun demikian, China masih tercatat sebagai pengimpor terbesar untuk minyak mentah Iran, yaitu 650 ribu barel per harinya.
Pemberlakuan tarif itu akan mencegah penyuling China membeli impor minyak mentah AS. Ancaman tarif oleh China ini datang berbarengan dengan rencana produsen terbesar minyak dunia, termasuk Arab Saudi dan Rusia, yang bersepakat untuk meningkatkan produksi pada pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak bersama negara-negara non-anggota lainnya pekan depan.
China juga merupakan importir utama produk lain seperti propana, dan tarif tersebut sudah tentu akan meningkatkan harga propana dan beberapa produk minyak lainnya, kata Bernadette Johnson, Vice President Drillinginfo di Denver.
Dia juga mengatakan pengekspor gas alam cair (LNG) dari AS ke China juga menyatakan kekhawatirannya atas tarif tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan