Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan perang terhadap narkoba. (ilustrasi/aktual.com)
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan perang terhadap narkoba. (ilustrasi/aktual.com)

Manila, Aktual.com – Filipina berencana membawa perang melawan narkotika Presiden Rodrigo Duterte ke sekolah dengan pemeriksaan tas dan loker serta uji acak untuk guru guna mengekang permintaan atas zat haram itu, kata pejabat pada Jumat.

Pemimpin itu melakukan gerakan anti-narkotika setelah menjabat pada Juni 2016, dengan polisi telah menewaskan lebih dari 4.200 tersangka pengedar dan penggunanya.

Beberapa ribu lagi tewas oleh orang bersenjata tidak dikenal, yang menurut pihak berwenang digambarkan sebagai warga atau anggota gerombolan bersaing.

Kelompok hak asasi dan penentang perang itu mengatakan beberapa pembunuhan adalah eksekusi. Polisi membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan mereka harus menggunakan kekuatan mematikan karena tersangka bersenjata dan melawan penangkapan.

Lembaga penegak hukum berencana untuk meningkatkan kampanye narkoba dengan mengusulkan pengujian narkoba secara acak di sekolah dasar pada guru dan juga pada siswa kelas empat yang berusia 10 tahun, gerakan yang ditentang departemen pendidikan dengan keras.

Catalino Cuy, kepala pembuat kebijakan Dangerous Drugs Board (DDB), mengatakan bahwa kantornya akan mempelajari proposal untuk memperkuat kampanye pencegahan narkoba di sekolah dan mengeluarkan kebijakan untuk memastikan penerapannya yang tepat jika diperlukan.

“Program pencegahan narkoba di sekolah sudah ada. Ini telah terbukti efektif dalam menghalangi penggunaan narkoba dan menanamkan pentingnya memiliki gaya hidup sehat dan bebas narkoba di kalangan pelajar, “kata Cuy.

Konsultasi dengan sekolah, orang tua dan anggota dewan DDB lainnya, yang termasuk kementerian pendidikan, akan dilakukan untuk memastikan hak-hak siswa dilindungi dan keselamatan mereka terjamin, kata petugas hubungan masyarakat DDB Ella Marie Dimaculangan.

Departemen pendidikan mengatakan menentang rencana lembaga pengawas penyalahgunaan obat untuk membuat 14 juta siswa sekolah dasar dari kelas keempat hingga enam menjalani tes narkoba, mengatakan itu melanggar hukum.

“Departemen Pendidikan mengamati bahwa proposal dari Badan Anti-Narkoba Filipina (PDEA) untuk menguji semua pelajar yang berusia 10 tahun ke atas mungkin memerlukan amandemen Undang-Undang Obat Berbahaya Komprehensif tahun 2002, yang memberi wewenang untuk tes narkoba bagi siswa tingkat menengah dan tinggi saja,” katanya dalam pernyataan.

Menteri Pendidikan Leoner Briones juga sedang mengupayakan pertemuan dengan kepala badan antinarkoba untuk membahas program pencegahan narkoba departemen itu.

Juru bicara PDEA, Derrick Carreon, mengatakan bahwa lembaga itu telah mengusulkan untuk mengubah aturan untuk membuat tes narkoba wajib bagi semua pelajar sekolah menengah dan universitas, serta para guru.

Dia mengatakan bahwa mereka juga ingin uji acak untuk siswa sekolah dasar berusia 10 hingga 12 tahun setelah beberapa anak-anak “diselamatkan” dari sarang narkotika saat penggerebekan polisi di luar Manila.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan