Anggota DPR Fraksi PDIP Dapil Papua Jemmie Demianus Ijie (kanan) dan Peneliti LIPI Siti Zuhro (kiri) berbicara dalam diskusi publik, di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (20/2). Dalam diskusi yang bertajuk "Pemekaran Papua Menjadi Solusi atau Petaka?", mereka berpaandangan bahwa pemekaran dua Propinsi yang sudah ada di Papua yaitu Papua dan Papua Barat, dengan ditambah dengan Provinsi Papua Selata, Papua Tengah dan Papua Barat Daya, akan membuat penataan dan pemerataan pembanguan ekonomi dan Sumber Daya Manusia lebih konstruktif dan efektif, namun harus melalui kajian dan aturan untuk memayungi pelaksanaannya agar tidak menjadi sekadar memuasakan kepentingan kelompok elit saja. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, mengimbau para calon kepala daerah yang bertarung dalam Pilkada Serentak 2018, bisa memberikan contoh yang baik dalam menyikapi hasil pilkada.

“Indonesia butuh pemimpin dan elit politik yang bisa berbesar hati agar keributan dalam pemilihan ini dapat dihindari,” kata Zuhro dikutip dari siaran persnya di Jakarta, Rabu (27/6).

Dikatakannya, setiap calon pemimpin pasti memiliki massa atau pengikut. Kalau antarkelompok ini bertemu dapat berpotensi menghasilkan kerusuhan apabila salah satu dari mereka ada yang tidak lapang dada dalam menerima kekalahan.

Apalagi, saat ini politik adu domba melalui hoaks dan ujaran kebencian begitu mudah terjadi, terutama melalui media sosial. Kondisi ini pun bisa dimanfaatkan kelompok-kelompok radikal yang ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Siti Zuhro mengatakan tingkat kecerdasan para elit politik dan para kontestan akan menjadi kunci untuk membangun tingkat kecerdasan masyarakat dalam berpartisipasi dalam Pilkada.

Rasa ketidakpuasan dan ekspresi kekecewaan masyarakat dalam menyikapi hasil pemilihan harus mampu dikelola secara positif agar tidak menjurus pada konflik horisontal yang meluas, katanya.

“Ekspresi kekecewaan ini menurut saya bukan semua dari masyarakat, tapi rasa ketidakpuasan para calon yang tidak bisa berlapang dada menerima kekalahan dan akhirnya membawa massanya untuk berdemo,” kata Zuhro.

Menurut dia, nilai dari pilkada selain menghasilkan pemimpin yang berkualitas, juga bagaimana mewujudkan pilkada yang damai, masyarakatnya menjadi pemilih yang rasional dan cerdas, serta minim sengketa.

“Perlu disadari semakin minim sengketa atau bahkan keributan itu menunjukkan kematangan masyarakat dalam berpolitik,” kata Zuhro.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: