Jakarta, Aktual.com – Mudik dan arus balik lebaran sudah berakhir. Para pemudik sudah mulai kembali bekerja di tempat kerja masing-masing sembari mengenang perjalanan mudik hingga berkumpul dengan keluarga di hari yang fitri. Fakta dan kesaksian sebagian besar Pemudik mengungkapkan bahwa perjalanan mudik tahun ini lebih nyaman ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Namun masih ada juga pemudik yang mengatakan bahwa perjalanan mudik dari Banten-Merak-Lampung mengalami kemaceetan amat yang parah, bak di neraka. Namun, pernyataan itu menjadi kurang valid lantaran pengamatan kemacetan itu dilihat dari udara, dengan mengendarai pesawat terbang.
Statemen, yang lebih bermuatan politis itu, tentunya tidak dapat dijadikan indikator ketidaknyamanan perjalanan mudik lebaran. Kenyamanan perjalanan mudik lebaran itu dapat ditunjukkan dari beberapa indikator, di antaranya: menurunnya jumlah kecelakaan dan korban kecelakaan, tidak lagi terjadi penumpukan kendaraan di pintu jalan toll, yang membawa korban seperti kejadian Brebes Exit (Brexit), waktu tempuh perjalanan mudik lebih cepat.
Kenyamaan perjalanan mudik lebaran itu tidak lepas dari upaya Pemerintah untuk melakukan perbaikan terus-menerus (continues improvement), baik dalam rekayasa lalu lintas, maupun penyelesaian infrastrutur jalan toll dan toll fungsional. Kendati belum seluruh bangunan jalan toll selesai dengan sempurna, namun ruas jalan toll sudah terhubung dari Jakarta hingga Surabaya. Hampir menyamai pembangunan jalan dari Anyer Panarukan, yang dibangun oleh Governor General Willem Daendels.
Selain itu, ada beberapa faktor pendukung yang memberikan kontribusi terhadap kenyamanan perjalanan mudik tahun ini. Salah satunya adalah ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM), hampir di sepanjang jalur arus mudik lebaran. Tidak hanya Pertamax dan Pertalite, tetapi juga Premium dan Solar tersedia secara meruah, sehingga tidak terjadi kelangkaan selama mudik lebaran. Kelangkaan BBM selama ini terbukti memberikan kontribusi terhadap kemacetan di sepanjang jalan arus mudik lebaran, sehingga Pemerintah berupaya optimal untuk menjaga ketersediaan BBM.
Untuk menjaga ketersediaan BBM, Pemerintah kembali mewajibkan Pertamina untuk memasok Premium, tidak hanya di luar Jawa-Madura-Bali (Jamali), tetapi juga Jamali, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191/2014. Tujuannya untuk menjaga ketersediaan BBM di seluruh wilayah Indonesia, agar tidak terjadi lagi kelangkaan. Kebijakan itu sudah terbukti dapat mencegah terjadinya kelangkaan BBM, sehingga memberikan kontribusi dalam mengurangi kemacetan lalu lintas selama mudik lebaran.
Tidak tanggung-tanggung Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan beserta jajarannya mengawal secara langsung ketersediaan BBM. Bahkan, Ignasius Jonan harus menyusuri sepanjang jalur Tol Trans Jawa untuk untuk memastikan ketersediaan BBM di seluruh SPBU menjelang musim mudik lebaran. Upaya lainnya adalah dengan menyiapkan Kiosk Pertamax dan armada sepeda motor yang siaga mendistribusikan BBM di sepanjang jalur-jalur.
Penerapan kebijakan itu sudah terbukti dapat mencegah terjadinya kelangkaan BBM, sehingga memberikan kontribusi dalam mengurangi kemacetan lalu lintas selama mudik lebaran. Tidak berlebihan dikatakan bahwa upaya Pemerintah untuk menjaga ketersediaan BBM telah memberikan kontribusi terhadap kenyamanan mudik dan lebaran pada tahun ini
Oleh : Fahmy Radhi (Pengamat Ekonomi Energi UGM dan Mantan Anggota Tim Anti Mafia Migas)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta