Jakarta, Aktual.com – Politikus Senior Partai Golkar, Ginandjar Kartasasmita membantah argumentasi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin terkait kriteria Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk mendampingi Joko Widodo dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tahun depan.
“Saya sangat tidak setuju dikotomi Nasionalis-Islam, bahwa karena Pak Jokowi dipandang sebagai representasi kelompok nasionalis maka Wapresnya harus representasi partai Islam,” kata Ginandjar dalam siaran pers yang diterima Senin (2/7) malam.
“Menurut saya itu tidak benar, seperti kita kembali ke zaman Nasakom dulu,” sambungnya.
Ginandjar menilai, dikotomi antara kelompok nasionalis dan religius Islam tidak seharusnya terjadi. Ia menambahkan, seorang nasionalis dapat juga memiiki kadar keislaman yang kuat, atau sebaliknya, seorang yang berasal dari partai Islam belum tentu memiliki kadar nasionalisme yang lemah.
“Saya kira pendekatan eksklusif bukan inklusif itu keliru. Saya tidak yakin itu selera politik para pemilih sekarang, apalagi para pemilih milenial atau generasi ‘now‘,” jelasnya.
Pria yang pernah menjabat berbagai posisi menteri pada era Orde Baru ini merupakan salah satu politisi sepuh yang berpengaruh dalam Partai Golkar. Bantahan terhadap Cak Imin ini merupakan pertama kalinya bagi Ginandjar angkat bicara mengenai Pilpres 2019.
Sebelumnya, Cak Imin kerap menekankan jika Jokowi akan rugi jika tidak memilih dirinya yang notabene merupakan kaum nahdliyin sebagai Cawapres. Cak Imin mengklaim jika dirinya dapat membuat Jokowi bertahan di kursi Presiden lantaranya adanya dukungan dari jutaan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU).
Lebih lanjut, Ginandjar menyatakan, kriteria utama dari Cawapres adalah bersih, akseptabel dan nyaman. Selain itu, kandidat Cawapres juga harus mampu membantu Jokowi dalam memimpin pemerintahan dengan aman dan sukses.
“Maka pengalaman dalam perpolitikan dan pemerintahan serta kompetensi yang telah teruji itu penting sekali,” tutup Ginandjar.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan