Jakarta, Aktual.com – Dinamika politik kian dinamis sebulan menjelang pendaftaran Capres-Cawapres untuk Pemilu 2019. Banyak kalangan yang menilai jika Pilpres tahun depan akan menjadi pertandungan ulang antara Prabowo Subianto dengan Joko Widodo.
Namun, tidak sedikit juga yang menyebut adanya peluang untuk menciptakan poros baru yang menampilkan kandidat ketiga, setelah Jokowi dan Prabowo.
Masalahnya adalah belum ada tokoh yang dianggap mumpuni untuk memimpin poros ketiga atau poros tengah, jika nantinya terbentuk.
Aktivis Pergerakan Rakyat (Perak) Sojo Dibacca, mengungkapkan, dirinya memiliki solusi atas masalah tersebut. Dirinya yakin, poros ketiga menjadi pendobrak stagnansi politik yang ada.
“Tinggal dicari capresnya saja. Saya rasa sosok Rizal Ramli bisa dikedepankan sebagai capres poros ketiga,” kata dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa alasan, kata Sojo, Rizal Ramli (RR) terbukti moncer saat diberi amanah. Seperti, lanjut dia, saat menjadi Menko Ekuin zaman Gus Dur. Dalam 21 bulan, pemerintahan Gus Dur, economic growth meningkat dari -3% ke 4,5%, utang luar negeri berkurang US$ 4,15 miliar.
“Ditambah lagi ekspor naik dua kali, gaji PNS naik dua kali hingga 125% dan gini index terendah sepanjang sejarah (0,31),” papar Sojo.
Adapun RR yang sudah mendeklarasikan diri maju di Pilpres 2019, lanjutnya, juga berjanji, dengan potensi sumber daya alam yang besar, rakyat yang rajin & ingin bekerja, ekonomi Indonesia bisa ditingkatkan ke 10% pada 2019-2024.
Secara komunikasi politik, terang Sojo, RR juga masuk dengan tiga parpol tersebut. Dengan PAN, RR merupakan pendiri utama bersama Amien Rais.
“Rizal bersama Amien Rais, almarhum AM Fatwa dan tokoh lainnya ikut mendirikan PAN. Coba cek laman resmi PAN,www.pan.or.id. Rizal juga dekat dengan Muhammadiyah yang memiliki ikatan batin dengan PAN,” papar Sojo.
Kemudian, kata Sojo, dengan PKB. Ia melihat, sosok RR dekat dengan kalangan Nahdliyin, bahkan diberi gelar Gus Romli. Menurutnya, hubungan historis NU dengan PKB memang erat. Hingga, lanjut dia, Ketum Cak Imin harus sowan dengan kiai langitan NU untuk diberi arahan bagaimana langkah menjelang Pilpres 2019.
“Untuk dicatat, Wasekjen PKB sekaligus Ketua Bapilu, Daniel Johan menyambut positif langkah RR untuk nyapres,” Sojo mengingatkan.
Terakhir, lanjutnya, dengan Demokrat. Ia mengungkapkan, RR dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah bahu membahu menjadi pembantu Gus Dur di Kabinet Persatuan Nasional. Mereka dan almarhum Nurcholis Majid juga bersama-sama dalam tim Komite Reformasi ABRI.
“Hubungannya sempat memanas saat SBY menjadi presiden, tapi sekarang sudah adem lagi. Buktinya keduanya sempat bertemu bulan Januari lalu,” tandas eksponen 98 ini.
Adapun sosok RR yang paham ekonomi dan yang dekat dengan umat Islam, dinilai patut dipertimbangkan oleh Presiden Jokowi sebagai pendampingnya pada Pilpres 2019 mendatang.
Hal itu diungkapkan oleh Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio.
Selain ahli ekonomi dan dekat dengan umat Islam, mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu juga dikenal dekat dengan anak muda.
“Dia ahli ekonomi dan jagoan restrukturisasi korporate. Dia juga berjiwa muda dan disenangi anak muda,” kata Hendri.
Terkait kecintaan kepada NKRI, lanjut Hendri, RR yang pernah menjabat Menko Kemaritiman di era Presiden Joko Widodo itu, tidak perlu diragukan lagi. “Dia nasionalis yang internasionalis,” tutupnya.
Diketahui, begawan ekonomi Rizal Ramli resmi mendeklarasikan diri sebagai calon Presiden pada kontestasi pilpres 2019 nanti.
Salah satu faktor yang mendorong RR berani mendeklarasikan diri sebagai capres 2019 adalah sikap prihatinnya terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya stagnan pada angka 5 persen.
RR pun mendeklarasikan dirinya sebagai capres rakyat dan berjanji mendongkrak ekonomi Indonesia menjadi 10 persen dalam kurun 2019-2024.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan