Rupiah masih terpuruk. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, ditutup menguat sebesar 13 poin menjadi Rp14.482 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.495 per dolar AS pada Senin (23/7) sore.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengatakan, penguatan Rupiah disebabkan Dolar yang tertekan merespons cuitan Presiden Trump pada Jumat (20/7) lalu, yang menyatakan penguatan Dolar mengurangi daya saing AS dalam perdagangan internasional.

“Bisa dikatakan bahwa Presiden Trump tidak terlalu senang melihat penguatan Dolar,” ujar Putu di Jakarta, Senin (23/7).

Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) sendiri pada Senin, tercatat nilai tukar Rupiah bergerak menguat ke posisi Rp14.454 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.520 per dolar AS.

Pada akhir pekan lalu, laju Rupiah sempat menyentuh level Rp 14.500-an di akhir perdagangan akhir pekan. Masih cenderung menguatnya Dolar AS seiring optimisme The Fed terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok membuat pergerakan Rupiah cenderung melemah.

Bahkan sentimen dari dalam negeri di mana Bank Indonesia masih mempertahankan level suku bunganya tampaknya tidak dihiraukan Rupiah. Tidak hanya itu, sejumlah sentimen yang diyakini positif juga tidak membantu Rupiah untuk bergerak positif.

Seperti diketahui, Bank Indonesia berencana menerbitkan Indonia, suatu instrumen baru di pasar uang yang diharapkan dapat memberikan acuan penentuan bunga transaksi perbankan di pasar.

Lalu, Bank Indonesia juga berencana menerbitkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 dan 12 bulan yang dinilai lebih likuid.

Tidak hanya itu, dari sisi pemerintah juga terus mengawasi percepatan pelaksanaan mandatori biodiesel untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan.

Senada dengan Rupiah, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup�menguat 43,01 poin atau 0,73 persen menjadi 5.915,8.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 11,8 poin (0,28 persen) menjadi 936,97.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan