Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebelum melakukan pertemuan tertutup di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (30/7). Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari komunikasi politik yang dibangun kedua partai untuk Pilpres 2019. AKTUAL/Tino Oktaviano

Padang, Aktual.com – Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Edi Indrizal menilai keputusan Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan Partai Gerindra merupakan pilihan terakhir yang diambil oleh ketua umum partai tersebut Susilo Bambang Yudhoyono.

“Setelah upaya gagal akibat besarnya kendala dan tantangan yang dihadapi maka Demokrat harus berusaha berlabuh ke koalisi Prabowo sebagai pilihan akhir,” kata Edi, Selasa (31/7).

Akan tetapi ia melihat upaya untuk mendapatkan pengaruh dan posisi yang kuat juga tidak gampang karena ada kekuatan non parpol alumni 212.

“Bagaimanapun juga tampaknya tidak ada pilihan lain kecuali Demokrat harus bergabung dan ini bukan lagi soal kesesuaian,” ujarnya.

Ia menilai keputusan ini diambil agar Demokrat tidak ketinggalan kereta dan semakin sulit di 2024 sebagai salah satu pertimbangan. Terkait SBY mengajukan putra sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono untuk cawapres ia melihat hal ini penting bagi Demokrat namun sulit bagi calon mitra partai politik untuk memenuhinya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid