Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban Din Syamsuddin, saat jumpa pers menyikapi perkembangan wacana nasional terkait pilkada dan pilpres yang membelah bangsa dengan penonjolan kepentingan politik sektarian dan ujaran kebencian yang melampui batas di Jakarta, Selasa (10/7/2018). Dalam jumpa persnya para pemuka agama memesan kepada segenap praktisi politisi dan pendukung untuk mencermati dengan seksama dinamika politik nasional di sekitar pilkada serentak dan jelang pilpres 2019, yang berisi komunikasi dialektika khususnya di media sosial dengan ujaran ujaran kebencian, penghinaan terhadap sesama, dan penonjolan kepentingan politik sektarian. Para pemuka agama juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas suasana demikian dan mengkhawatirkannya dapat menimbulkan benih permusuhan yang membawa perpecahan bangsa dan pemuka agama menyerukan kepada segenap keluarga besar bangsa untuk mengubah hubungan antar sesama yang bersifat dialektik tersebut menjadi hubungan yang bersifat dialogis yakni cenderung memusyawarakan perbedaan pandangan politik dengan penuh rasa persaudaraan demi keutuhan dan kemajuan bangsa. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Watim MUI) Din Syamsuddin meminta agar umat Islam di Indonesia tidak saling menyalahkan pihak lain yang memiliki pandangan politik berbeda.

Ia menambahkan bahwa meskipun pilihan politik dapat berbeda namun kebersamaan dalam ukhuwah Islamiyah harus tetap terjaga.

“Jangan sampai perbedaan aspirasi, kepentingan termasuk calon dalam pilpres kemudian membawa rusak ukhuwah Islamiyah,” kata Din usai rapat pleno ke-29 Dewan Pertimbangan MUI bersama Wapres Jusuf Kalla di Kantor MUI, Jakarta, Senin (6/8).

Ia juga meminta agar tidak ada pihak yang mengklaim pendapat suatu kelompok mewakili umat Islam karena umat Islam di Indonesia jumlahnya sangat besar dan tersebar di berbagai partai politik.

“Umat Islam jangan terjebak pada pandangan dikotomis yang kemudian muncul dalam klaim inilah jalan keislaman, inilah jalan yang harus ditempuh satu-satunya. Sementara jalan politik itu jalan yang terbuka yang bisa diisi dengan ruh Islam, semangat Islam,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid