Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum Partai Gerindra yang juga menjadi kandidat Calon Presiden, Prabowo Subianto dinilai telah memasuki jebakan intelejen.

Kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP) Haris Rusly Moti menjelaskan jebakan labirin itu ada pada keputusan Prabowo memilih pendampingnya pada Pilpres 2019.

Menurutnya jika Prabowo tetap memilih para calon yang telah ditentukan, maka gerbang kekalahan sudah menanti mantan Danjen Kopassus itu.

Ia mencontohkan penyodoran Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Haris menilai jatuhnya pilihan kepada AHY tidak akan menghindarkan Prabowo dari serangan-serangan dari pesaingnya.

Sebaliknya, masalah-masalah yang selama ini terpendam justru akan menguak ke publik untuk menyerang pasangan Prabowo-AHY. Beberapa di antaranya, sebut Haris, skandal Century, pembunuhan Nasrudin, Antasari dan Anas Urbaningrum akan dibebaskan.

Akibatnya langkah Prabowo akan makin berat, lantaran terbebani masalah Cawapres. Selain itu Prabowo juga akan menjadi bulan-bulanan isu seorang Jenderal harus tunduk dan hormat kepada Letkol.

“Bisa-bisa tidak terjadi arus balik yang memenangkan Prabowo, akibat beban bawaan dari Cawapres,” ujar Haris pada Senin (6/8) kemarin.

Di sisi lain, lanjut Haris jika Prabowo memilih Salim Segaf Aljufri, maka Capres Pemilu 2014 itu akan disudutkan dengan rekayasa isu ekstrimis agama.

Untuk itu, Haris menyarankan agar Prabowo berani keluar dari jebakan intelijen yang dipasang kubu Jokowi. Jika hal itu dilakukan, menurutnya pintu kemenangan Prabowo di Pilpres 2019 bisa terbuka dengan lebar.

“Jika Prabowo tak berani keluar dari labirin jebakan intelijen tersebut, maka dipastikan Prabowo akan kalah untuk kesekian kalinya,” demikian Haris.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan